Waspada Tripledemic: Lindungi Lansia dari Ancaman COVID-19, Flu, dan RSV

Waspada Tripledemic: Lindungi Lansia dari Ancaman COVID-19, Flu, dan RSV
Istimewa

Waspadai lonjakan kasus COVID-19, flu, dan RSV yang mengancam lansia di tengah tripledemic. Ketahui langkah pencegahan dan pentingnya vaksinasi untuk melindungi kelompok rentan.

Womenpedia.id – Lonjakan infeksi saluran pernapasan yang melibatkan COVID-19, Influenza, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus)—disebut tripledemic—mengguncang sejumlah negara di Asia dan menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap populasi lansia. Di tengah momen Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang diperingati setiap 29 Mei, masyarakat diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan melindungi kelompok rentan, terutama lansia yang jumlahnya terus bertambah di Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI menyoroti bahwa ketiga virus tersebut kini bersirkulasi secara bersamaan, dan risiko terbesar ditanggung oleh lansia dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan gangguan paru. Di Singapura, misalnya, kasus COVID-19 kembali melonjak dua tahun setelah pencabutan pembatasan pandemi. Kondisi ini disebut terjadi akibat penurunan kekebalan kelompok seiring waktu.

Lindungi Lansia Dari Tripledemic

Menurut proyeksi, pada tahun 2030, 14,6% populasi Indonesia akan berusia lanjut. Dengan tingginya kerentanan lansia terhadap infeksi pernapasan, potensi beban kesehatan dan ekonomi diprediksi meningkat signifikan. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah preventif dan promotif untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup lansia.

Read More

Salah satu virus dalam tripledemic yang perlu diwaspadai adalah RSV, yang kerap disalahartikan sebagai penyakit anak-anak. Namun, fakta menunjukkan bahwa RSV dapat menyebabkan gejala berat bahkan kematian pada lansia. Studi di Thailand menyebutkan bahwa tingkat kematian RSV pada pasien dewasa rawat inap mencapai 15,9%. Gejala umum meliputi pilek, batuk, demam, hingga sesak napas—mirip flu dan COVID-19—namun risiko komplikasinya jauh lebih serius, terutama pada kelompok usia lanjut.

Virus RSV memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi daripada COVID-19, dan dapat menyebar lewat batuk, bersin, serta kontak dengan permukaan yang terkontaminasi. Momen-momen berkumpul seperti musim haji, libur panjang, dan acara keluarga besar dapat meningkatkan risiko penularan, terutama bila ada lansia di lingkungan tersebut.

Kendala utama dalam penanganan RSV adalah minimnya deteksi, karena pemeriksaan rutin untuk RSV belum menjadi standar dalam diagnosa infeksi saluran napas. Ditambah lagi, hingga kini belum tersedia pengobatan khusus untuk RSV. Karena itu, pencegahan menjadi kunci, termasuk dengan menjaga kebersihan, memakai masker, menjaga jarak, serta mempertimbangkan vaksinasi RSV—terutama bagi lansia dan individu dengan risiko tinggi.

Reswita Dery Gisriani, Communication, Government Affairs & Market Access Director GSK Indonesia, mengungkapkan bahwa berdasarkan proyeksi matematis, dalam tiga tahun ke depan akan ada sekitar 7,2 juta kasus RSV di Asia Tenggara, dan 6,1 juta kasus diperkirakan terjadi di Indonesia.

“Data ini menjadi pengingat penting akan perlunya edukasi publik untuk mencegah penyebaran RSV,” ujarnya. GSK, lanjut Reswita, berkomitmen untuk mendukung pemerintah dan tenaga kesehatan melalui penyediaan akses terhadap obat dan vaksin inovatif, serta edukasi publik melalui platform seperti AyoKitaVaksin dan microsite CegahRSV.

Dengan meningkatnya risiko tripledemic dan kerentanan lansia, momentum HLUN 2025 menjadi pengingat bersama: kesehatan lansia adalah tanggung jawab kita semua. Lindungi mereka dari infeksi pernapasan melalui langkah preventif, edukasi, dan kolaborasi lintas sektor demi masa tua yang sehat dan bermartabat.

Related posts