Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW
Istimewa

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW.

Profil Singkat

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW
Istimewa

Nama

Ummu Habibah Ramlah binti Abi Sufyan al-Umawiyyah al-Qurasyiyah al-Kinaniyyah

Kelahiran

589 M, Mekkah, Arab Saudi

Meninggal

666 M, Madinah, Arab Saudi

Read More

Pasangan

Muhammad (m. 628 M–632 M)

Anak

Habibah binti Ubaidillah, Habibah bint Abdullah

Orang tua

Abu Sufyan, Safiyyah bint Abi al-As

Saudara kandung

Yazid bin Abi Sufyan, Muawiyah bin Abu Sufyan, Ummul Hakam binti Abu Sufyan, lainnya

Sebelumnya dia adalah istri Ubaidillah bin Jahsy. Bersama suaminya dia hijrah ke Habasyah. Namun, di sana Ubaidillah murtad dan juga meninggal di sana. Sekalipun suami murtad, Ummu Habibah tetap teguh dalam Islam.

Rasulullah SAW melamar Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan melalui Amr bin Umayush Adh-Dhamri. Saat itu sebenarnya Amr bin Umayush Adh-Dhamri diutus untuk menyerahkan surat Rasulullah kepada Raja Najasyi pada bulan Muharram 7 H.

Setelah menyampaikan surat itulah, Amr bin Umayush Adh-Dhamri melamar Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan untuk Rasulullah.

Hijrah

Ummu Habibah hijrah bersama suaminya, Ubaidullah bin Jahsy, menuju Habasyah pada hijrah yang kedua. Di sanalah ia melahirkan seorang anak yang bernama Habibah. Namun sayang, sang suami murtad dan memeluk Nasrani saat berada di bumi hijrah Habasyah. Tentu ini musibah besar bagi Ummu Habibah. Ia berada di perantauan. Negeri asing nun jauh dari sanak saudara. Kalau pulang ke kampung halaman Mekah, ia berada dalam ancaman. Ayahnya tak menerima keislamannya. Sekarang ia benar-benar sebatang kara setelah suaminya murtad. Tapi ia tetap teguh dengan keislamannya (Ibnu Sayyid an-Nas: Uyun al-Atsar, 2/389).

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW
Istimewa

Di Habasyah, Ummu Habibah bermimpi dengan mimpi yang aneh. Kemudian mimpi ini menjadi nyata. Ia bercerita, “Dalam mimpiku kulihat suamiku Ubaidullah bin Jahsy terlihat berpenampilan sangat buruk. Aku merasa takut. Dari situ keadannya pun berubah. Pagi harinya suamiku berkata, ‘Hai Ummu Habibah, sungguh aku belum pernah melihat agama yang lebih baik dari Nasrani. Dulu, aku memeluk agama ini. Setelah itu aku memeluk agamanya Muhammad. Sekarang aku kembali lagi menjadi Nasrani’. Kukatakan padanya, ‘Demi Allah, tidak ada kebaikan untukmu’. Kukabarkan padanya tentang mimpiku. Namun ia tak peduli. Akhirnya ia menjadi pecandu khamr hingga wafat.

Kehidupan & Pernikahannya

Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah) Istri Rasulullah SAW
Istimewa

Ramlah adalah anak dari Abu Sufyan, yang merupakan salah seorang pemimpin dan pedagang dari suku Quraisy. Abu Sufyan kerap memimpin kafilah-kafilah dagang besar dari dan menuju Syam. Berbeda dengan ayahnya, Ramlah telah menemukan hidayah dari islam sejak awal kerasulan. Pada tahun 615 M, ia bersama suaminya, Ubaidillah bin Jahsy berhijrah dengan beberapa umat muslim lainnya ke sebuah kerajaan kristen di Habasyah. Suaminya Ramlah meninggal ketika di sana.

Setelah masa iddah-nya usai, Ramlah yang saat itu masih di Habasyah menerima surat lamaran dari Rasulullah. Raja Najasyi yang beragama kristen pun turut memberikannya selamat dan hadiah berupa uang 400 dinar (koin emas) serta parfum-parfum terbaik.[4] Sepulangnya ke Hijaz dan pasca hijrah ke Madinah, Ramlah menceritakan apa-apa saja yang dialaminya di Habasyah ke Rasulullah, termasuk bagaimana ia mengagumi keindahan gereja-gereja yang dihiasi dengan gambar-gambar di sana. Rasulullah pun mengangkat kepala beliau dan bersabda, “Mereka adalah orang-orang, yang ketika seorang yang alim di antara mereka meninggal, mereka mendirikan tempat peribadatan di makamnya dan mereka membuat gambar-gambar di dalamnya. Mereka adalah makhluk-makhluk terburuk di mata Allah.

Kedudukan dan Keutamaan

 

Dari sisi nasab, Ummu Habibah adalah wanita Quraisy yang tersambung nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abdu Manaf. Dan tidak ada seorang pun istri beliau yang beliau nikahi melalui jarak jauh seperti Ummu Habibah (Adz-Dzahabi: Siyar A’lam an-Nubala 2/219).

Kedudukan lainnya, ia adalah putri dari tokoh besar Mekah dan pemimpinnya, Abu Sufyan bin Harb. Tentu keislamannya sangat beresiko bagi dirinya dan membuat malu ayahnya. Ia tahu memeluk Islam ibarat menyodorkan diri pada bahaya besar. Tak ragu lagi, pasti membuat sang ayah murka. Karena itulah ia menempuh perjalanan jauh dan melelahkan bersama sang suami menuju Afrika nun jauh di sana. Hijrah ke Habasyah. Beratnya hijrah semakin terasa lagi karena saat itu ia tengah mengandung anaknya, Habibah (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra 8/97). Inilah perjuangan di jalan Allah. Membuktikan kesungguhan dan kedalaman imannya kepada Allah Ta’ala.

Ujian untuknya tak berhenti sampai di situ. Di perantauan, sang suami murtad. Dan wafat dalam keadaan suul khatimah. Kufur memeluk Nasrani. Betapaun berat yang ia rasakan, ia tetap tegar. Ayahnya yang kufur, suaminya yang murtad, masa-masa kesendiriannya tak menggoyahkan imannnya.

Related posts