Stunting tidak hanya memberi dampak pada pertumbuhan fisik, melainkan juga menghambat perkembangan kognitif.
Womenpedia.id – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) turut serta menurunkan angka stunting (perawakan pendek/kerdil) di Indonesia. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencatat bahwa 24,4 persen balita di Indonesia berada dalam kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi. Artinya, satu dari empat balita mengalami permasalahan gizi kronis.
Di sisi lain, pemerintah telah menentukan target prevalensi perawakan pendek pada angka 14 persen pada tahun 2024. Untuk itu, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bekerja sama dengan PT Abbott Products Indonesia mendukung program pendidikan kesehatan dan nutrisi dalam upaya penurunan stunting di Indonesia.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) oleh Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Muhammad Hasbi dan Presiden Direktur PT Abbott Products Indonesia, Angelico Lagundi Escobar. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengukuran tumbuh kembang secara teratur, intervensi gizi yang tepat, dan pemberdayaan institusi PAUD.
“Kami menyambut baik kerja sama ini dan sangat mengapresiasi PT Abbott Products Indonesia yang secara bersama-sama mencari penyelesaian terhadap berbagai persoalan bangsa, termasuk terhadap kasus stunting,” papar Muhammad Hasbi, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Senin (20/6).
Dampang Stunting Terhadap Perkembangan Kognitif Anak
Hasbi mengatakan, perawakan pendek tidak hanya memberi dampak pada pertumbuhan fisik, melainkan juga menghambat perkembangan kognitif. Karena itu, kekurangan gizi kronis, terutama pada periode emas masa pertumbuhan, menjadi ancaman besar bagi kualitas sumber daya manusia yang berpotensi menurunkan daya saing.
“Investasi pada usia dini merupakan investasi bernilai paling tinggi. Stunting adalah permasalahan multidimensional yang memerlukan kerja sama multipihak dalam upaya pencegahan dan intervensinya,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Abbott Products Indonesia Angelico Lagundi Escobar, menjelaskan- Program ini menjangkau 250 PAUD di seluruh provinsi di Jawa, Bali, kota-kota di Sumatera Utara, NTB, NTT, Sulawesi Utara, dan Maluku. Lokasi program ditentukan berdasarkan data SSGI 2021.
Hal tersebut merupakan wujud komitmen holistik dari Abbott-Pediasure untuk mengoptimalkan tumbuh-kembang anak, terutama dalam periode emas pertumbuhan, yang mencakup pemenuhan nutrisi serta peningkatan kapasitas orangtua dan guru PAUD.
Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama Abbott-Kemendikbudristek meliputi sosialisasi pentingnya Unit Kesehatan Sekolah (UKS); Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD HI), termasuk nutrisi, stimulasi psikososial anak sebagai mitigasi stunting, perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi, dan peningkatan kesehatan.
Sasaran kegiatan adalah para orangtua, tenaga pendidik PAUD, dan Bunda PAUD. Hasbi berharap kerja sama ini menjadi contoh dan acuan untuk sektor perusahaan lainnya agar bersama-sama dengan pemerintah dapat bahu-membahu menghadapi berbagai persoalan yang ada di Indonesia.
“Terutama terkait dengan persoalan bagaimana meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan percepatan penurunan angka stunting,” tutupnya.