Semua orang di Indonesia memiliki risiko terkena demam berdarah dengue (DBD) tanpa melihat usia, tempat tinggal, dan gaya hidup. Bahkan sepanjang tahun 2021, tercatat 95.895 kasus demam berdarah dengue dan 36,10% penderita berasal dari golongan produktif, yaitu berusia 15-44 tahun.
Womenpedia.id – Kasus demam berdarah dengue (DBD) terus menjadi perhatian masyarakat Indonesia karena potensinya menjangkit semua orang tanpa terkecuali. Dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional, Takeda bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, mengadakan sebuah talkshow dengan tema “Sehat Yes, DBD NO” untuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya DBD dan upaya pencegahannya.
Tingkat Insidensi Kasus DBD Di Indonesia
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, hingga minggu ke-32 tahun 2023, terdapat 56.185 kasus DBD dengan tingkat insidensi sebesar 20,44 per 100.000 penduduk dan 409 kematian (CFR: 0,73%). Kasus ini dilaporkan dari 462 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi. Kematian akibat DBD tersebar di 173 kabupaten/kota di 32 provinsi. Data tahun 2021 juga menunjukkan adanya 95.895 kasus DBD, dan 36,10% dari mereka yang terjangkit berusia 15-44 tahun.
dr. Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengungkapkan situasi DBD di Indonesia dan menyuarakan dukungan terhadap upaya edukasi bersama Takeda. Dia menjelaskan bahwa kasus DBD masih terus meningkat dan merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah menetapkan target untuk mengurangi angka kasus DBD menjadi kurang dari 10 per 100.000 penduduk pada tahun 2024 dan mencapai nol kasus kematian akibat DBD pada tahun 2030.
Upaya pencegahan DBD juga dianggap penting untuk menjaga kesehatan masyarakat Indonesia, terutama bagi atlet muda Indonesia yang merupakan aset penting bagi negara. Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Dito Ariotedjo, menyoroti pentingnya kesehatan bagi atlet. Dia mengapresiasi upaya pihak swasta, seperti Takeda Group, dalam memberikan perlindungan melalui kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD, yang mencakup vaksinasi dan tindakan pencegahan DBD. Dalam konteks ini, Pemerintah mendorong inovasi dalam pencegahan penyakit DBD.
Talkshow tersebut juga menghadirkan narasumber dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), yang diwakili oleh Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM Ketua Satgas Imunisasi Dewasa. Dr. Sukamto menekankan pentingnya kesadaran akan bahaya DBD dan peran vaksin dalam melindungi diri sendiri dan orang yang kita cintai. Dia menjelaskan bahwa vaksin dapat membantu tubuh mengembangkan pertahanan alami terhadap virus dengue, mengurangi risiko infeksi yang serius, dan memberikan perlindungan yang komprehensif. PAPDI telah merekomendasikan vaksinasi DBD sebagai salah satu langkah imunisasi dewasa yang saat ini sudah tersedia di berbagai fasilitas kesehatan.
Penyakit DBD dapat menjangkit semua orang, termasuk mereka yang berusia produktif, yakni 15-44 tahun. Asnawi Mangkualam, Pemain Tim Nasional sepakbola, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap DBD sebagai seorang atlet. Dia menyadari bahwa menjaga kesehatan adalah kunci untuk performa yang baik dalam olahraga. Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD memberikan harapan untuk melindungi diri dari bahaya DBD.
Takeda, dalam komitmennya untuk melawan DBD di Indonesia, akan terus mengedukasi masyarakat melalui kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD. Mereka bekerja sama dengan Kementerian Pemuda dan Olah Raga serta Kementerian Kesehatan, dengan dukungan dari PAPDI, untuk mencapai target nol kematian akibat DBD pada tahun 2030. Takeda juga telah meluncurkan berbagai platform seperti situs web, media sosial, dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya DBD dan perlindungan yang lebih komprehensif terhadap penyakit ini.
Kerja sama antara pemerintah, lembaga kesehatan, atlet, dan perusahaan swasta seperti Takeda merupakan langkah positif dalam mengatasi masalah DBD dan melindungi kesehatan masyarakat Indonesia. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat menghadapi tantangan DBD dengan lebih efektif.