Dapatkah perjuangan dokter benar-benar begitu dramatis? Perjuangan dimulai dari seorang dokter yang tidak akan kita temui di kota besar. dr. Fitri Istikasari, atau lebih akrab dengan sebutan dr. Orin mungkin tak pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan mengabdi di pulau kecil Halmahera Selatan, Maluku Utara. Kisahnya membuat kita tertegun. Betapa hidup adalah sebuah teka teki dengan penuh pengalaman-pengalaman unik.
Di pulau yang terasa begitu terpencil, masyarakat menjalani hidup yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Mereka memiliki tempat yang entah karena alasan apa harus seperifer itu. Di pulau tersebut pula, dr. Orin baru mengerti betapa besar problem kesehatan yang dihadapi negara kita.
Dinamika masalah kesehatan memang masih menjadi PR yang tak kunjung selesai bagi Pemangku kebijakan di Indonesia. Melihat fakta yang ada, problem ini masih menjadi tantangan serius yang butuh perhatian khusus dari pemerintah. Kesehatan masyarakat adalah pondasi utama dalam upaya menuju Indonesia. Tetapi, masih banyak yang perlu dibenahi dalam transformasi kesehatan.
Salah satu prioritas yang ditekankan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah memperkuat kembali upaya promotif dan preventif, dimulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Namun, bagaimana realitanya? Mari kita merenungkan pengalaman Posyandu dr. Orin yang menjalani Pengabdian luar biasa di daerah 3T (Terpencil, Terluar, Tertinggal).
*
” Titik balik perasaan sunyi malam pertama di pulau ini adalah jawaban dari sebuah pilihan dan risiko terhadap keinginan dokter sepertinya saya yang ingin mencari tempat tugas paling jauh. Niat itu sudah ada sejak dulu ketika hiruk pikuk kota memberikan kejenuhan luar biasa dengan polusi udara yang tidak baik-baik saja. Ingin rasanya merantau jauh dari keramaian” Ujar dr. Orin.
Setiap hari, ia menjalani rutinitas sebagai sebagai dokter puskesmas, melayani pasien di poliklinik, merawat pasien rawat inap, dan jaga on call UGD jika ada pasien emergensi. Namun, yang paling mengesankan dan penuh tantangan adalah saat-saat ia harus berkunjung ke pulau-pulau kecil wilayah kerjanya untuk melakukan kegiatan Posyandu. Dengan penuh semangat ia menceritakan pengalaman ini.
Keluhan masyarakat pulau yang merasa terisolasi dari puskesmas telah mengilhami langkah berani dari pemerintah setempat. Di pimpin oleh Bupati dan Dinas Kesehatan, pada awal tahun 2023, mereka mengambil inisiatif inovatif untuk mengubah pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Kini, para dokter diwajibkan untuk terlibat langsung dalam kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yang seakan-akan seperti “menjemput bola”.
Namun, bagaimana usaha keras menjemput bola di daerah yang terpencil ini?. Karena desa wilayah kerja berada dipulau-pulau kecil nan jauh, sehingga perjalanan hanya bisa ditempuh via laut dengan menggunakan body perahu. Dalam petualangan ini, dr. Orin dan tim kesehatan lainnya kerap kali menghadapi tantangan besar yang mengancam nyawa.
Figure 1. Penjalanan menuju Posyandu Desa Terpencil
Cuaca buruk, ombak tinggi, dan perahu rusak bisa saja menghentikan perjuangan mereka untuk sampai ke desa posyandu. Laut dengan arus yang berombak, jiram-jiram yang ganas hanya bisa ditaklukkan oleh motoris berpengalaman. Untuk bisa lolos dari perjalanan laut yang terjal dan penuh risiko, seorang motoris harus bisa mengambil keputusan secara cepat untuk meliukkan body, menghindar dari batu-batu besar dan melakukan manuver ketika bertemu dengan pusaran laut yang berombak tinggi.
“Selama disini, kita harus belajar beramal cuaca, kalau cuaca tidak mendukung, kita harus menunda perjalanan untuk berlayar. Kadang-kadang meskipun cuaca buruk di tengah jalan, kita tetap gass.. sambil bismillah !. Dengan perahu boat, kita harus melawan ombak tinggi demi mencapai desa posyandu,” Kata dr.Orin
Dalam keadaan cuaca buruk sekalipun, mereka terus “menjemput bola” demi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat pulau. Perjuangan ini adalah cerminan dari dedikasi dokter yang menghadapi tantangan ekstrim untuk memastikan bahwa setiap masyarakat memiliki akses yang setara terhadap pelayanan kesehatan primer didaerah terpencil.
Posyandu menjadi elemen kunci dalam upaya pelayanan kesehatan primer. Saat berkunjung ke desa, mereka menghadapi beragam kasus dan kondisi kesehatan masyarakat, mulai dari skrining pasien hipertensi hingga infeksi saluran napas. Masalah stunting dan gizi buruk pun masih menjadi tantangan besar yang harus pecahkan, terutama ketika bayi dan balita datang untuk menerima imunisasi dan pemantauan pertumbuhan mereka. Oleh karena itu, keberadaan Posyandu dengan pelaksanaan rutin dan berkala didalamnya memiliki peran yang sangat krusial dalam pengendalian dan pemantauan kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dan balita.
Masalah lain juga datang dari kurangnya antusiasme masyarakat yang enggan berobat ke puskesmas bahkan ke posyandu, kecuali dalam keadaan sekarat. Dan hal itulah yang terjadi, beberapa kali dr. Orin mendapati pasien yang sampai ke IGD dengan penurunan kesadaran, dehidrasi berat, sepsis, kanker yang sudah stadium lanjut, bahkan tidak sedikit yang datang dengan membawa anggota keluarganya dalam keadaan tubuh yang sudah kaku, dingin tanpa nadi, hanya untuk memastikan akan penyampaian breaking badnews (meninggal).
dr. Orin berpendapat bahwa hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri baginya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dengan pola pikir yang masih primitif tersebut. Dari banyaknya persoalan di daerah terpencil, ia menghimbau agar pemerintah lebih gencar menilik permasalahan kesehatan yang sepatutnya menjadi prioritas ini.
Revitalisasi upaya promotif dan preventif, dimulai dari Posyandu, adalah kunci solusi tawar dalam mewujudkan visi Indonesia Maju. Dengan hadirnya dokter langsung ke Posyandu, akses ke layanan kesehatan akan lebih mudah bagi masyarakat pulau. Hal ini juga akan membantu mendeteksi masalah kesehatan lebih dini. Namun, untuk mewujudkannya, dibutukan peningkatan akses transportasi seperti spead boat yang setidaknya dapat menjamin keamanan para dokter dan tenaga kesehatan dalam menjalankan misi posyandu mereka.
Dalam upaya ini pula, pelatihan kader Posyandu juga memegang peran kunci dalam meningkatkan kualitas skirining Posyandu. Mereka menjadi sumber daya lokal yang mampu mengelola beragam masalah kesehatan mereka sendiri dan berkontribusi pada upaya pencegahan. Dengan bekal peningkatan pengetahuan , kader Posyandu dapat lebih efektif dalam melibatkan masyarakat dalam program kesehatan. Hal ini menciptakan hubungan yang semakin kuat antara penyedia layanan kesehatan dan komunitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan.
Tak kalah pentingnya, pelayanan telemedicine yang kini tengah menjadi tren dalam dunia medis, sepatutnya diadopsi di daerah-daerah perifer. Dengan jaringan yang memadai, Pasien dan dokter di daerah pulau dapat lebih intensif dalam menjalani kontrol kesehatan, bahkan jika hanya melalui video call atau platiform seperti Zoom. Ini adalah aternatif yang efektif, terutama saat dokter tidak dapat terjun langsung ke desa karena terkendala cuaca atau situasi darurat. Pelayanan ini juga menjadi penunjang yang sangat berarti ketika harus berkomunikasi langsung dengan dokter.
Dan pada akhirnya, keterlibatan aktif komunitas, mulai dari pemerintah setempat, tenaga kesehatan, hingga para kader dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program ini, akan menjadi kunci kesuksesannya. Masyarakat dapat berperan besar dalam mewujudkan Indonesia Maju, dengan langkah pertama dimulai dari mendukung pelayanan kesehatan di daerah mereka sendiri.
Program yang siap “menjemput bola” ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di pulau-pulau, membentuk sebuah langkah penting dalam usaha untuk mencapai visi Indonesia Maju. Dalam proses revitalisasi upaya preventif dan promotif, program ini menjadi pondasi hadirnya sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, sesuai dengan cita-cita Indonesia Maju.