Perempuan pembela ketidakadilan merupakan tokoh yang sangat menginspirasi kaum perempuan, siapa mereka? simak berikut ini.
Womenpedia.id – Ketidakadilan merupakan suatu kondisi dimana sekelompok atau individu yang diperlakukan secara tidak sama atau tidak adil. Ketidakadilan termasuk tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang telah dikaruniakan oleh Tuhan.
Ketidakadilan bisa dialami oleh siapa saja, namun ketidakadilan lebih sering dialami oleh kaum perempuan. Contohnya saja yakni perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan public atau produksi.
Padahal perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, sehingga tidak ada alasan untuk perempuan diperlakukan tidak adil. Berbicara mengenai ketidakadilan terhadap perempuan, berikut kita akan membahas mengenai tokoh perempuan Pembela ketidakadilan terhadap perempuan:
Tokoh Perempuan Pembela Ketidakadilan Terhadap Perempuan
1. R. A. Kartini

Kartini merupakan salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Hari Kartini diperingati sebagai bentuk penghormatan pada Ibu Kartini yang telah berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak perempuan dan laki-laki di masa lalu. Ia dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan pribumi kala itu.
Ibu Kartini adalah sosok pelopor persamaan derajat perempuan nusantara yang mendedikasikan intelektualitas, gagasan, dan perjuangannya untuk membela ketidakadilan terhadap perempuan. Sebagai pemikir dan penggerak emansipasi perempuan, Kartini menjadi sumber inspirasi perjuangan perempuan yang mengidamkan kebebasan dan persamaan status sosial dengan keberhasilannya menuliskan pemikirannya secara runut dan detail.
Ibu Kartini juga sangat erat kaitannya dengan isu gender di masa kini. Konsep gender menurut KMK 807 Tahun 2018 merupakan peran dan status yang melekat pada laki-laki atau perempuan berdasarkan konstruksi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman, bukan berdasarkan perbedaan biologis.
2. Dewi Sartika

Memiliki cita-cita yang sama dengan Kartini, Dewi Sartika merupakan tokoh pelopor kaum perempuan yang memajukan pendidikan para perempuan demi masa depan anak bangsa. Ketertarikan Dewi Sartika dalam bidang pendidikan ini sudah ada sejak beliau masih kecil.
Menginjak masa remaja, sosok perempuan kelahiran tahun 1884 ini sudah mulai mengajarkan baca dan tulis kepada warga sekitar. Saat itulah beliau berpikir agar para anak perempuan dapat memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki.
Pada akhirnya, ia berhasil mendirikan beberapa sekolah, seperti Sekolah Isteri, Sekolah Keutamaan Perempuan, dan Sekolah Raden Dewi. Ketika Sekolah Keutamaan Isteri berusia 35 tahun, beliau mendapat penghargaan dari negara sebagai Pahlawan Nasional.
3. Cut Nyak Dhien

Jauh sebelum Kartini lahir, Cut Nyak Dhien adalah pahlawan perempuan Indonesia yang turut andil memperjuangkan Indonesia mengusir penjajah. Perempuan asal Aceh yang lahir pada 1848 ini membuktikan bahwa kaum perempuan juga bisa turut serta berjuang melawan penjajahan.
Emansipasi perempuan sebenarnya sudah terlihat di jaman ini. Bentuk perjuangannya adalah dengan menggunakan senjata melawan penjajah.
4. Hajjah Rangkayo Rasuna Said

Masih sama dengan Kartini, Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan tokoh pejuang perempuan asal Sumatera Barat yang memajukan pendidikan bagi kaum perempuan dan memperjuangkan persamaan hak perempuan dan pria pada zaman Hindia Belanda. Sedari kecil, Rasuna memang sudah dikenal kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan.
Selain pendidikan, perempuan berkerudung ini juga memiliki ketertarikan dalam dunia politik. Perjuangan politik Rasuna dimulai saat aktif dalam mengikuti berbagai organisasi politik, seperti Sarekat Rakyat, Persatuan Muslim Indonesia, dan Nippon Raya di Padang. Setelah Indonesia merdeka, beliau menduduki jabatan sebagai anggota DPR RIS dan setelah itu menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hayatnya.
5. Maria Walanda Maramis

Maria Walanda Maramis merupakan tokoh perempuan yang dikenal dengan usahanya untuk mengembangkan keadaan perempuan di Indonesia pada awal abad ke-20. Impiaan utama dari tokoh perempuan asal Sulawesi Utara ini adalah pemberdayaan perempuan baik dalam bidang pendidikan kesehatan dan politik.
Maria dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan.
Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan “Nederlandsche Zendeling Genootschap” tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki “bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk mengembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki”.