Menghadapi Tantangan Skrining Gangguan Tiroid: Strategi Baru untuk Deteksi Dini

Menghadapi Tantangan Skrining Gangguan Tiroid: Strategi Baru untuk Deteksi Dini

Gangguan tiroid merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Prevalensinya baik hipotiroidisme (produksi hormon tiroid yang rendah) maupun hipertiroidisme (produksi hormon tiroid yang tinggi), terus meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh dan menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu kualitas hidup individu. Selain itu, jika tidak terdeteksi dan diobati dengan tepat, gangguan tiroid dapat berkontribusi pada komplikasi serius seperti gangguan jantung, gangguan reproduksi, dan gangguan mental, kesuburan, berat badan, dan pola tidur. Masalah ini juga mempengaruhi populasi yang lebih rentan, termasuk wanita, lansia, dan individu dengan riwayat keluarga gangguan tiroid. Oleh karena itu, gangguan tiroid termasuk isu kesehatan yang mendesak di Indonesia dan dibutuhkan langkah-langkah inovatif untuk meningkatkan skrining dan diagnosis yang akurat.

Ada beberapa kelainan tiroid yang umum terjadi seperti :

  1. Hipotiroidisme

Gangguan ini terjadi ketika kelenjar tiroid tidak cukup menghasilkan hormon tiroid, hormon tiroid yang biasanya mengatur metabolisme tubuh. Gejala hipotiroidisme meliputi kelelahan, penurunan energi, penambahan berat badan, depresi, kulit kering, rambut rontok, dan sulit berkonsentrasi.

  1. Hipertiroidisme:

Gangguan ini terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Ini meningkatkan metabolisme tubuh. Gejala hipertiroidisme meliputi peningkatan denyut jantung, kelelahan, penurunan berat badan, kecemasan, kesulitan tidur, peningkatan keringat, dan tremor tangan.

Read More
  1. Gondok:

Gondokadalahpembesarankelenjartiroidyangdapatdisebabkanolehbeberapafaktor,termasukkekuranganyodiumataupenyakitautoimun.Gondokdapatmenyebabkanbenjolanataupembengkakandileher,kesulitanmenelan,batuk,suaraserakdanperubahan bentuk tenggorokan.

  1. Kanker Tiroid:

Kanker tiroid terjadi ketika sel-sel tiroid lepas kendali. Gejala dapat bervariasi dan termasuk benjolan atau benjolan di leher, rasa sakit atau ketidaknyamanan di daerah leher, suara serak terus-menerus dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.

  1. Tiroiditis:

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid, yang dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit autoimun atau faktor lainnya. Gejala tiroiditis meliputi nyeri leher, pembengkakan kelenjar tiroid, demam, kelelahan, dan fluktuasi kadar tiroid.

Dengan berbagai macam gangguan tiroid maka diperlukan peningkatan kapabilitas tenaga kesehatan, khususnya dokter di semua multidisiplin ilmu tentang skrining dan diagnosis gangguan tiroid sedini mungkin sangat penting untuk mencegah komplikasi masalah kesehatan serius lebih lanjut, serta memastikan layanan kesehatan berkualitas terkait penanganan gangguan tiroid dapat diberikan bagi seluruh masyarakat. Hal ini hanya dapat terwujud melalui kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak berkepentingan untuk mendorong peningkatan pemahaman mengenai gangguan tiroid.

 

Menghadapi Tantangan Skrining Gangguan Tiroid: Strategi Baru untuk Deteksi Dini

Figure 1. Penandatanganan nota kesepahaman program RAISE Tiroid

Bertepatan dengan Pekan Kesadaran Tiroid Internasional (ITAW) dan Hari Tiroid Sedunia 2023, PT Merck Tbk (“Merck”) bersama dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (“PB IDI”) dan Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (“PP InaTA”) hari ini (25 mei 2023) menandatangani Nota Kesepahaman sehubungan dengan program RAISE Tiroid. Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen bersama untuk terus meningkatkan kapabilitas dokter dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa berisiko tinggi dan skrining hipotiroid kongenital (SHK) pada bayi baru lahir, serta pengobatan hipertiroid dan hipotiroid di Indonesia.

Nota Kesepahaman ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal PB IDI, dr. Ulul Albab, Sp.OG. dan Ketua PP InaTA, Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD, KEMD, FINASIM., bersama Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin, yang disaksikan oleh Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group, Rajiv Rana, MD.

Melalui Program RAISE Tiroid yang merupakan bagian dari komitmen Merck Global, kami akan menjangkau sekitar 52.000 tenaga kesehatan serta menyelenggarakan skrining pada 3 juta populasi dewasa berisiko tinggi di 7.000 fasilitas kesehatan. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2030 terapi penanganan hipotiroid dapat meningkat menjadi 5,5 kali lipat atau sebanyak 11% dari sebelumnya 1,9% pada 2022 dan hipertiroid menjadi 2,5 kali lipat sebanyak 15% dari sebelumnya 6,2% pada tahun 2022.” ujar Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin

Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin mengatakan bahwa melalui Program RAISE Tiroid akan menjangkau sekitar 52.000 tenaga kesehatan serta menyelenggarakan skrining pada 3 juta populasi dewasa berisiko tinggi di 7.000 fasilitas kesehatan. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2030 terapi penanganan hipotiroid dapat meningkat menjadi 5,5 kali lipat atau sebanyak 11% dari sebelumnya.

Head of Medical Affairs Asia Pacific Merck Group, Rajiv Rana, MD, mengatakan Merck Global telah bekerja sama dengan Thyroid Federation International (TFI) untuk meningkatkan kesadaran akan gangguan tiroid selama Pekan Kesadaran Tiroid Internasional yang diadakan setiap tahun antara tanggal 25-31 Mei. Selain itu, berbagai inisiatif multichannel yang dilakukan Merck Global antara lain dengan meluncurkan platform edukasi berkelanjutan bagi tenaga kesehatan profesional melalui hcp.merckgroup.com dan FlixMD (platform edukasi berbasis video). Sementara itu, untuk masyarakat umum bisa mengakses www.thyroidaware.com, portal online yang tersedia dalam 12 bahasa, termasuk bahasa Indonesia[1], untuk mempelajari mengenai penyakit tiroid dan memanfaatkan fitur pemeriksa gejala gangguan tiroid.”

Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Agustina Puspitasari, Sp.Ok, SubSp.BioKO(K), sangat menghargai kolaborasi lintas sektor seperti yang dilakukan Merck ini untuk meningkatkan penanganan masalah gangguan tiroid di Indonesia. Kolaborasi ini membawa harapan baru bagi penanganan masalah tiroid di Indonesia.

Ketua Pengurus Pusat Indonesian Thyroid Association (PP InaTA), Dr. dr. Tjokorda Gde Dalem Pemayun, Sp.PD-KEMD., FINASIM berpendapat bahwa kolaborasi multidisiplin  untuk menjembatani kerja sama dalam mengatasi tantangan skrining, penanganan dan pelayanan gangguan tiroid di Indonesia.  Penanggung Jawab utama kasus-kasus tiroid tidak hanya melibatkan satu spesialisasi saja, melainkan berbagai dokter spesialis di antaranya, dokter spesialis penyakit dalam bidang endokrin, bedah  onkologi, patologi, kedokteran nuklir, anak, mata dan lain-lain.  Dengan adanya kolaborasi ini, yang bermitra dengan Merck, diharapkan pelayanan tiroid terpadu ke masyarakat akan bisa menjadi lebih optimal di masa depan.”

Menghadapi Tantangan Skrining Gangguan Tiroid: Strategi Baru untuk Deteksi Dini

Figure 2. Dukungan program RAISE tiroid

Untuk itu, diharapkan Program RAISE  tiroid dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Kampanye informasi dan edukasi yang ekstensif bertujuan untuk menyadarkan masyarkat akan pentingnya pemeriksaan dan pemeriksaan medis preventif terkait kelenjar tiroid.

Pemerintah juga sedang bekerja untuk memperluas ketersediaan dan aksesibilitas tes skrining dan diagnosis penyakit tiroid di seluruh wilayah. Dengan adanya fasilitas kesehatan yang dapat melakukan skrining tiroid baik di puskesmas maupun rumah sakit, diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mengakses layanan ini.

Selain itu dengan meningkatkan kapabilitas dokter dan tenaga medis tentang metode skrining yang efektif dan teknik diagnosis yang tepat, diharapkan akan terjadi peningkatan dalam deteksi dini dan pengelolaan gangguan tiroid.

 

Related posts