Perjuangan Heroik Laksamana Keumalahayati Pukul Mundur Pasukan VOC

Perjuangan Heroik Laksamana Keumalahayati Pukul Mundur Pasukan VOC_womanspedia.com
Laksamana Keumalahayati/Istimewa

Laksamana Keumalahati adalah pejuang heroik berhasil pukul mundur pasukan VOC bersama pasukan Inong Bale.

Womenpedia.id – Nama Laksamana Keumalahati sangat lekat bagi keturunan kerajaan Aceh Darusalam hingga hari ini. Sebagai tanda jasa, perempuan tangguh dari Aceh di abad ke 16 ini diberi gelar kehormatan sebagai Pahlawa Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo berkat perjuangan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) didukung Menteri Sosial RI Khofifah dan peran besar keturunan Laksamana Keumalahayati, Pocut Haslinda Syahrul yang tiada henti menulis buku kerajaan Aceh Darussalam. Penghargaan diberikan kepada Ahli Waris Kerajaan Aceh Darussalam sebagai generasi ke 45, Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam atau Bundo Putro yang kini berusia 85 tahun.

Perjalanan Laksamana Keumalahayati

Terlahir Sebagai Orang Penting

Terlahir dalam keluarga Laksamana angkatan laut menempuh pendidikan admiral bahkan mendapat suami yang juga seorang Laksamana menjadikan Keumalahayati perempuan tangguh, bahkan setelah suaminya syahid di medan perang, ia memimpin 2.000 Inong Balee (para janda) melawan penjajah Portuggis dan Belanda.

Terlebih lagi, ia adalah keturunan bahkan anak dari Kesultanan Aceh Darussalam dengan gelar Pocut Meurah. Sehingga tak layak jika hanya disebut Keumalahayati. “Sebenarya tidak bisa jika hanya dipanggil Keumalahayati, karena beliau punya gelar Pocut Meurah, pamali kalau menghilangkan jejak,” ujar Pocut. Menurut ia, tidaklah mungkin nama Laksamana Keumalahayati tercatat dalam sejarah perjuangan jika ia bukan orang penting.

Read More

Jasa-jasa Lakasamana Keumalahayati menjadi catatan tinta emas dalam sejarah abad 16 sampai saat ini. Kemalahayati adalah perempuan muslim pertama pada abad 16 di dunia yang yang berani berhasil memimpin 2.000 Inong Balee di selat Malaka berperang mengusir Belanada dan Portugis. Dari Selat Malaka untuk pengamanan laut yang telah dibina ratusan tahun hubungan baik guna perniagaan untuk Aceh dan sekitarnya.

“Pengakuan atas jasa-jasanya oleh Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan NasionaI yang diterima hari itu (9 Nopember 2017) oIeh ahli waris Sultanah Putroe Safiatuddin Cahaya Nur’alam (Bunda Putro) bersama anak cucunya serta keluarganya. “Bahkan keluarga besarnya hadir menyaksikan di Istana Medeka sehingga mendapat motifasi untuk anak bangsa masa kini,” ujarnya.

Berubuh Tinggi Besar, dan Menggunakan Tutup Kepala

Pocut mencoba mendeskripsikan perawakan sosok Keumalahayati. Sebagai keturuan Persia campur Indo-Cina, maka ia dapat menyimpulkan bahwa Laksamana Keumalahayati bertubuh tinggi besar.

Bahkan saat ini gambar/lukisan Laksamana Kaeumalahayati yang bereda menggunakan tutup kepala dengan memperlihatkan sedikit rambutnya, bahkan sebuah lukisan milik Kowani terihat perempuan heroic itu tanpa tutu kepala. Pocut melihat hal ini suatu hal yang keliru, mengingat bahkan sebelum abad ke 16 islam masuk ke kerajaan Aceh dibawa oleh orang Persia.

Sebagaimana diketahui bahwa sangatlah mustahil jika keluarga kerajaan Persia tidak memakai tutup kepala. Pocut menjelaskan, dalam buku yang ia tulis berjudul “Silsilah Raja-raja Islam Aceh Hubunganya dengan Kerajaan Islam Nusantara dijelaskan orang pertama yang mengginjakkan kaki di bumi Aceh pada akhir abad ke VII adalah Maharaja Zarial Zamad turun di negeri Jeumpa menikahi putri dari Maharaja Jeumpa yang masih beragama hidu, kemudian ia mengislamkan keluarganya lalu pindah ke Perlak.

Hasil dari pernikah itu melahirkan empat anak, dimana anak pertamanya, Tamsir Dewi dinikahkan dengan anak dari Zaid Ali Muhtabar bernama Said Maulana Aziz yang menjadi Sultan Perlak pertama. Kemudian Said Maulana mengawini anak Meurah Maharaja Sarial Zamad dan mendapat gelar Meurah dari perempuan.

Dengan melihat silsilah ini, maka bisa dipastikan bahwa betapa kuatnya ajaran islam di zaman itu. Jika raja pertama Perlak saja sudah menggunakan tutup kepala maka bisa dipastikan Laksamana Keumalahayati tidak mungkin memperlihatkan auratnya.

“Jadi rasa saya pakai tutup kepala, tapi pelukis sekarang mungkin bijaksana memperkenalkan tokoh pahlawan ini. Kalau tidak mengkaji keisalamn dari sejarahnya, ya rambutnya dibuka sedikit tapi kalau dia mengkaji keislamannya dia pasti tidak melakukan itu. Orang berperang untuk islam,” imbuhnya.

Wafat Usai Perang

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, tubuh kekar Keumalahayati lambat-laun mulai menua. Lelahnya berperang di lautan membuat tubuhnya tidak lagi bugar, dengan kondisi yang sulit tanpa suami hingga akhirnya ia wafat dengan damai di usianya sekira 60an tahun. “Dia tidak mati dalam peperangan, kan Portugis lari. Ya mungkin karena letih dan kondisi kesehatan, namanya di lautan suami sudah gak ada kemudian dia wafat setelah perang,” kata Pocut.

Sepak Terjang Laksamana Keumalahayati

Laksamana Keumalahayati menyadari Aceh merupakan pintu gerbang bagi negerinya karena mempunyai kedudukan yang sangat geografis dan strategis di wilayah Indonesia bagian Barat. Banyak bangsa asing dengan bermacam-macam kepentingan mulai dari kepentingan ekonomi, perdagangan, diplomasi politik sampai penyiaran budaya dan agama. Pada dasarnya, kedatangan pihak asing semula membawa membawa dampak positif untuk kepentingan ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Namun di sisi lain, karena sebagian dari mereka melakukan tindakan yang jahat yang dimotivasi kolonialisme dan imperialisme baik di Aceh sendiri maupun wilayah sekitarnya. Laksamana Keumalahayati melakukan perlawanan dengan pihak asing dalam rangka mempertahankan dan menyelamatkan Aceh mulai mengambil peran mencoba membebaskan kawasan selat Malaka dari anasir asing yang akan merugikan kepentingan ekonomi dan politik kawasan ini.

Laksamana Keumalahayati melakukan perlawanan terhadap Portugis karena Portugis dinilai menjadi agressor dan merusak keharmonisan yang telah berlangsung berabad-abad di kawasan selat Malaka. Konflik Aceh dengan Portugis berlangsung lama sekali mulai dari abad XVI sampai abad XVII.

Dalam suasana konflik ini muncullah pejuang dan tokoh penting yang memperjuangkan kepentingan masing-masing pihak. Di pihak Aceh, Laksamana Keumalahayati salah satu pejuang yang mempertahankan keamanan laut menjaga bangsa asing dengan bermacam-macam kepentingan mulai dari kepentingan ekonomi, perdagangan, diplomasi politik sampai penyiaran budaya dan agama.

Perjalanan Karier

Laksamana Keumalahayati seorang putri bangsawan yang muslimah seorang ibu tanpa melupakan kodratnya. Pocut Meurah dan Laksamana (admiral) karena jasanya dalam mengawal kepentingan Aceh di lautan di masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayatsyah Al Mukammil (1589-1604). Sebelum diangkat menjadi Laksamana, Keumalahayati meniti karir sebagai komandan pasukan wanita dengan tugas sebagai pengawal istana sekaligus intelijen kerajaan dan tugas ini dijalankan dengan sukses.

Karena keberhasilannya, Sultan mempercayai Keumalahayati untuk mengemban tugas memimpin pasukan angkatan laut dengan pangkat laksamana. Tugas sebagai panglima angkatan laut bagi Keumalahayati bukan hal yang asing karena ayahnya sendiri, Raja Mahmud Syah adalah seorang Laksamana.

Demikian juga kakeknya, Raja Muhammad Said Syah juga bergelar Laksamana. Buyutnya adalah Sultan Salahuddin Syah yang memerintah pada tahun 1530-1539 M, juga seorang laksamana laut yang gagah perkasa. Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530) juga kakeknya, pendiri kerjaan Aceh Darussalam.

Laksamana Keumalahayati memegang peranan penting di Aceh Darussalam pada masa Sultan Alauddin Riayat Syah Sayid al-Mukammil yang memerintah mulai tahun 1589 – 1604 M. Sayid sebelum Sulthan lskandar Muda Sultan Saidil Mukamil Mukammil kakeknya dalam usia lanjut, gelar laksamana dan lebih percaya pada wanita dalam pengamanan kerajaan.

Untuk mengawal istana, ia merekrut perempuan yang dipimpin oleh Laksamana karena bijak, tangkas, maka diangkatlah ia menjadi kepala pasukan pengamanan istana.

“Lakasamana Keumalahayati juga diangkat menjadi penasihat kerajaan. Sementara jabatan ketua dinas rahasia (secret servicel geheimraad) diserahkan kepada Pocut Cut Limpah keponakannya,” jelas Pocut.

Keumalahayati menjadi Laksamana untuk menjaga komoditas ekonomi yang dihasilkan seperti bumi dan laut Aceh dan daerah-daerah Semenanjung Melayu sangat melimpah ruah sehingga banyak diincar bangsa Barat seperti Belanda, Portugis, dan Inggris. Di antara komoditas andalan Aceh adalah lada dan rempah-rempah.

Aceh sebenarnya terbuka untuk bekerja sama dengan mereka, tetapi sayang bangsa-bangsa Barat rakus dan ingin menguasai komoditas yang bukan hak mereka dengan berbagai cara mulai dari trik halus seperti membuat perjanjian dagang sampai yang paling kasar menyerang Aceh pada saat itu.

“Keahlian Laksamana Keumalahayati di militer dan diplomasinya mampu menyelamatkan Aceh dari jebakan yang telah disiapkan bangsa kolonialis Barat sehingga semua aset ekonomi, politik, dan pertahanan Aceh bisa tetap dipertahankan,” jelas ibu lima anak ini.

Pada 21 Juni 1599, saudagar Belanda datang di Aceh, mereka menggunakan kapal De Leeuw dan De Leeuwin. Dua kapal itu di bawah kendali dua orang bersaudara yakni Cornelis De Houtman dan Frederick De Houtman. Setibanya di Aceh, keduanya disambut dengan baik oleh Sultan di istana. Kedatangan dua orang bersaudara ini berhasil memikat Sultan sehingga Belanda diizinkan untuk melakukan perdagangan dengan Aceh sekaligus diizinkan untuk membuka kantor dagang di Aceh.

Kerjasama ini dimanfaatkan Aceh untuk menyewa kapal-kapal Belanda yang akan digunakan untuk mengangkut pasukan ke Johor. Perjanjian sewa kapal itu ditandatangani 30 Juli 1599 dan direncanakan berangkat pada ll September 1599. Namun sayang, menjelang keberangkatan pasukan Aceh ke Johor, pihak Belanda mengingkari perjanjian tersebut dan kapten kapal yang bernama J. Van. Hamskerek pun melarang pasukan Aceh naik ke atas kapal.

Aceh tidak terima dengan perlakuan itu. Sebagian pasukan Aceh yang telah berada di atas kapal langsung marah dan mengamuk ketika Belanda menembaki beberapa pembesar Aceh yang masih berada di atas sampan termasuk kerabat Sultan dan korban dari kedua belah pihak pun tidak bisa dihindari. Laksamana Keumalahayati sebagai Panglima Pengawal Istana langsung memberi komando pasukannya untuk berkumpul dan mengepung kantor perwakilan Belanda.

Di darat pun terjadi tembak-menembak antara pasukan Belanda dan anak buah Keumalahayati. Dalam waktu singkat pasukan Keumalahayati berhasil membuat pasukan Belanda menyerah setelah sebagian besar tewas di tangan anak buah Keumalahayati. Namun ketika mereka hendak membakar kantor dan gudang Belanda, Sultan melarang dan atas komandan Keumalahayati rencana untuk membakar gedung itu batal dilakukan demi menaati perintah Sultan.

Laksamana Keumalahayati memerintahkan pasukannya bergerak ke laut mengejar Belanda. Dengan armada sampan pertempuran terjadi antara pasukan Aceh dan Belanda di laut dilaporkan dan perahu kecil mereka mengejar kapal Belanda yang ukurannya lebih besar. Untuk mempercepat laju kapalnya, Belanda membuang sauh agar cepat melaju di laut dan bebas bergerak menghindari kejaran pasukan Keumalahayati menuju pulau Ceylon. Namun keduanya dapat dikejar dan akhirnya ditahan di Aceh.

“Keberanian Keumalahayati membuahkan hasil. la dianugerahi gelar Laksamana karena keberhasilannya menyerang benteng dan pergudangan Belanda, mengejar dan menangkap Belanda,” ungkapnya.

Memimpin Pasukan Inong Balee

Gelar laksamana semakin memicu perjuangan Keumalahayati melawan Belanda. Atas inlsiatifnya, ia mengusulkan agar dibentuk pasukan elite yang terdiri atas para janda yang suaminya gugur dalam pertempuran melawan Portugis di Malaka termasuk suaminya sendiri yang bernama Lakasamana Zainal Abiddin saudara kandung Putri Seni permaisuri Sultan lskandar Muda, Sultan Aceh Darussalam ke 22.

Pasukan elite khusus ini diberi nama dengan Angkatan lnong Balee dan bermarkas di Kuta lnong Bale (Benteng Wanita Janda). Laksamana Keumalahayati tidak hanya lihai memimpin pasukan tetapi juga pandai berdiplomasi. Ketika tiga kapal Inggris merapat di pantai Aceh sementara pada saat yang sama Sultan Alauddin Riayat Syah sedang melaksanakan arak-arakan ulang tahunnya yang diselenggarakan setahun.

Kedatangan kapal lnggris diketahui Sultan dan Sultan sendiri memaklumi kedatangan lnggris karena menurut sultan, kerajaan Inggris yang saat itu dipimpin oleh seorang perempuan. yakni Ratu Elizabeth tidak berlawanan dengan Aceh. Untuk itu, sultan memerintahkan Laksamana Keumalahayati untuk menyambut kedatangan orang-orang Inggris yang dipimpin oleh Sir James Lancaster.

Ketika menyambut utusan lnggris, Laksamana Keumalahayati melaksanakan semua instruksi sultan dalam rangka penyambutan utusan yang pada saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis. Ini dilakukan karena Laksamana Keumalahayati berpendapat bahwa bersahabat dengan lnggris, kerajaan Aceh akan mempunyai kekuatan dan bergaining yang lebih tinggi sehingga bisa dimanfaatkan untuk menghadapi Portugis.

Namun demikian, sebelum acara penyambutan dilakukan, ia mengusulkan kepada Sultan agar motif kedatangan Inggris di Aceh diselidiki lebih dulu. Mengikuti saran Laksamana Keumalahayati, Sultan menyuruh Belanda yang pada saat itu markasnya tidak jauh dari Masjid Raya untuk menemui dan menanyakan maksud kedatangan Inggris.

Penyelidikan harus dilakukan karena Aceh harus mempunyai pendirian yang kuat menentukan dirinya sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun terutama anasir asing karena Aceh adalah bangsa yang berdaulat atas wilayahnya baik di darat maupun di laut.

Kemenangan armada Selat Malaka Aceh atas armada Portugis disambut gembira di seluruh wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Tetapi, Laksamana Malahayati di samping merasa gembira atas kepahlawanan suaminya, juga merasa geram dan marah. Malahayati memohon kepada Sultan Al Mukammil agar membentuk sebuah armada Aceh yang prajurit-prajuritnya adalah para wanita janda, yang suaminya telah syahid dalam perang Teluk Haru.

Permohonan Laksamana Malahayati dikabulkan Sultan, dan Laksamana diangkat menjadi panglimanya. Armada tersebut dinamakan Armada lnong Balee (Armada Wanita Janda) dengan mengambil Teluk Krueng Raya sebagai pangkalannya. Lakasaman Keumalahayati selagi muda mendapat pendidikan militer pada pusat pendidikan tentara Aceh yang bernama Pusat Pendidikan Asykar Baital Makdis, yang para instrukturnya, antara lain terdiri dari para perwlra Turki Usmaniyah dalam rangka kerja sama dengan Kerajaan Aceh Darussalam.

Mengikuti Pendidikan Militer dan Bertemu Suaminya

Lakasaman Keumalahyati selagi muda mendapat pendidikan militer pada pusat pendidikan tentara Aceh yang bernama Pusat Pendidikan Asykar Baital Makdis. Kemalahayati memilih pendidikan angkatan laut, karena darah prajurit laut telah mengalir ke dalam tubuhnya dari ayah dan kakeknya. Di tempat pendidikan militer itulah ia berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior daripadanya.

Perkenalan berlanjut di luar Pusat Pendidikan Militer Baital Makdis kemudian menikah dengan Lakasamana Zaianal Abiddin. Suami Laksamana Kaumalahayati yang berhasii gemilang dalam beberapa pertempuran laut kemudian diangkat menjadi laksamana dan seterusnya menjadi Panglima Armada Selat Malaka Aceh.

Selesai pendidikan suaminya terus mengembangkan kariernya di laut, sementara Keumalahayati sendiri diangkat Sultan Al-Mukammil menjadi Komandan Protokol Istana Darud Dunia. Setelah usai Perang Teluk Haru dengan kemenangan gemilang di pihak Aceh. “Setelah Laksamana Zainal Abiddin wafat dalam peperangan, Lakasamana Kemalahayati muncul sebagai Panglima Armada (2.000) lnong Balee,” kata Pocut.

Dengan Rencong, Lakasaman Keumalahyati Membunuh Cornelis de Houtman

Peristiwa Houtman Bersaudara telah mengangkat derajat Lakasaman Keumalahyati ke puncak kegemilangan. Baik menurut sumber-sumber Aceh sendiri, maupun sumber-sumber Barat (Portugis, lnggris, Belanda), bahwa Armada lnong Balee terdiri dari seratus buah kapal perang, yang setiap kapal dilengkapi dengan meriam-meriam dan lila-lila. Kapal terbesar dilengkapi dengan lima meriam.

“Untuk ukuran zaman itu, Armada lnong Balee dipandang sebagai armada yang kuat di Selat Malaka, bahkan di samudera Asia Tenggara, seperti yang dijelaskan Prof. Dr. Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh di Zaman lskandar Muda,” terang Pocut. “Kalau Keumalahayati demikian berhasil dalam kariernya, tidaklah heran karena sejak kecil kakek dan ayahnya menanamkan semangat cinta laut ke dalam jiwanya,” tambahnya.

Armada Dagang Belanda yang dipersenjatai seperti kapal perang, di bawah pimpinan dua bersaudara, Comelis de Houtman dan Frederijk de Houtman, pada 21 Juni 1599 memasuki pelabuhan Banda Aceh yang diterima dengan wajar sebagai armada dagang negara sahabat. Tetapi, sayang mereka mengkhianati kepercayaan Sultan. Mereka membuat manipulasi dagang, mengacau, menghasut dan sebagainya.

Bagi Sultan tidak ada jalan lain, kecuali memerintahkan Panglima Armada lnong Balee Laksamana Keumalahayati untuk menyelesaikan pengkhianatan tersebut. Armada lnong Balee menyerbu kapal-kapal perang Belanda yang disamarkan dengan “kapal dagang” dan pertempuran satu lawan satu berlangsung di atas geladak kapal-kapal Belanda. Cornelis de Houtman mati ditikam Lakasaman Keumalahyati sendiri dengan rencongnya, sementara Frederijk de Houtman ditawan.

Seorang penulis wanita, Marie van C. Zeggelen, dalam bukunya berjudul: Oude Glorie, antara lain menulis, yang terjemahannya sebagai berikut: “Di kapal van Leeuw telah dibunuh Cornelis de Houtman dan anak buahnya oleh Laksamana Keumalahayati sendiri, sementara sekretaris rahasianya menyerang Frederijk de Houtman dan ditawannya serta dibawa ke darat. Davis dan Tomkins menderita luka”.

Seorang penulis wanita Belanda lain, yang juga bernama Marie, dalam bukunya yang berjudul: Vrouwelijke Admiral Keumalahayati, sangat memuji-muji Malahayati. Menurut penulis wanita Belanda tersebut, bahwa Armada lnong Balee terdiri dari 2.000 orang prajurit wanita. “Kata Si penulis Marie, belum ada seorang wanitapun di dunia yang menjadi panglima armada seperti Keumalahayati,” tuturnya.

Prins Maurits yang memimpin Negeri Belanda waktu itu, berusaha untuk memperbaiki hubungan kembali dengan Kerajaan Aceh Darussalam. Sebuah perutusan dikirim ke Aceh dengan membawa surat istimewa dari Prins Maurits. Mereka berangkat dengan empat buah kapal dagang, yaitu Zeelandia, Middelborg, Lange dan Sonne.

Laksamana Keumalahayati ditugaskan oleh Sultan Al Mukammil untuk menerima perutusan Belanda tersebut. Setelah selesai perundingan dengan Keumalahayati dan telah tercapai persetujuan barulah Sultan menerima perutusan Belanda. Di antara hasilnya, tawanan-tawanan Belanda termasuk Frederijk de Houtman, dibebaskan.

Demikianlah riwayat singkat sosok Laksamana Kemalahayati, yang pada awal abad XVI telah memainkan peranan yang amat penting dalam Kerajaan Aceh Darussalam, tidak saja sebagai panglima armada yang bernama Armada lnong Balee, tetapi juga sebagai seorang negarawan dan diplomat yang ulung serta seorang muslimah, pasukan wanita, pengawal istan.

Beberapa orang Sultan dalam Kerajaan Aceh Darussalam, telah mempercayakan pengawalan lstana Darud Dunia kepada pasukan wanita khusus. Hal ini, bukan saja sebagai satu kehormatan, tetapi lebih dari itu, yakni bahwa sultan cukup yakin akan kemampuan wanita untuk melaksanakan tugas yang demikian berat yakni tugas penjagaan keamanan istana dengan segala penghuni pentingnya.

Harapan Pocut Haslindah

Inilah yang kita nantikan para keturunan Laksamana Keumalahayati setelah kurang lebih 400 tahun silam. Kami berharap pemerintah memberikan perhatian kepada Bunda Putro sebagai ahli waris kerajaan Aceh Darussalam atas Perjuangan Laksamana Keumalahayati.

Mengingat setelah kakek beliau diasingkan ke Ambon kemudian dipindahkan ke Batavia hingga akhirnya meninggal di Rawamangun. Bunda Putro Bude saya tidak punya apa-apa, hidupnya susah karena semua harta bendanya diambil tak tersisah. Saya berharap Bunda diberi tempat tinggal di Aceh dan diberikan jaminan di masa tuanya.

Related posts