Kolaborasi Mode Dua Arah: Saat Tradisi Bertemu Inovasi di PINTU Incubator

Kolaborasi Mode Dua Arah: Saat Tradisi Bertemu Inovasi di PINTU Incubator_womenpedia.id
Foto Andi Mardana

Womenpedia.id – Empat tahun berjalan, PINTU Incubator terus membuktikan dirinya sebagai program strategis dalam menjembatani kolaborasi kreatif antara Indonesia dan Prancis. Bertempat di Jakarta, Kamis (10/7), digelar konferensi pers yang menghadirkan para inisiator, mitra strategis, dan peserta untuk berbagi refleksi, peluncuran program terbaru, serta proyeksi masa depan.

PINTU Indonesian French Fashion Incubator adalah inisiatif bersama JF3 (Jakarta Fashion & Food Festival), Lakon Indonesia, dan Institut Français Indonesia (IFI) serta Kedutaan Besar Prancis. Sejak 2022, program ini telah menjadi wahana pengembangan desainer muda Indonesia melalui proses kurasi ketat, mentoring profesional dari dua negara, serta eksposur internasional.

Dalam perjalanannya, PINTU telah menjaring lebih dari 10.000 brand, memilih 51 peserta terinkubasi, dan menggandeng 86 mentor, termasuk 33 dari Prancis. Kolaborasi ini semakin kuat setelah ditandatanganinya nota kesepahaman antara PINTU dan École Duperré Paris -salah satu sekolah mode ternama di Prancis yang disaksikan langsung oleh Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati, di Bentara Budaya Kudus.

Ketua JF3 sekaligus Co-Initiator PINTU, Soegianto Nagaria, menyatakan bahwa pencapaian ini melampaui ekspektasi. “Peserta kami tangguh dan penuh semangat. Yang kami bangun bukan sekadar program singkat, tapi fondasi jangka panjang. Kami tidak memberi kemudahan instan, karena tujuannya adalah membentuk pelaku industri mode yang mandiri dan siap berkompetisi secara global.”

Read More

Tahun ini, PINTU meluncurkan Residency Program, sebagai bentuk pertukaran langsung antarnegara. Dua desainer muda asal Prancis – Kozue Sullerot dan Priscille Berthaud datang ke Indonesia untuk mendalami teknik batik dan tenun. Selama tiga bulan, mereka tinggal dan berkarya bersama artisan lokal di dua wilayah Indonesia. Hasil karya mereka akan dipresentasikan di LAKON Store dan ajang Premiere Classe Paris.

Menurut Thresia Mareta, Co-Initiator PINTU dan Founder Lakon Indonesia, kehadiran peserta dari Prancis mendorong generasi muda Indonesia untuk lebih berani bereksplorasi. “Mereka punya cara kerja dan sudut pandang berbeda terhadap kain tradisional kita. Ini penting untuk memperkaya perspektif dan membangun apresiasi baru terhadap budaya lokal.”

Charlotte Esnault, Direktur IFI, menambahkan bahwa PINTU menjadi contoh nyata diplomasi budaya dua arah. “Empat tahun lalu kami hanya berdiskusi sederhana di Yogyakarta. Kini, sudah lebih dari 100 individu dari Indonesia dan Prancis terlibat dalam pertukaran ini. Bahkan Presiden Emmanuel Macron menyebut PINTU sebagai model kerja sama budaya yang harus terus dikembangkan.”

Transformasi PINTU juga terlihat dari meningkatnya minat global terhadap program ini. Jika sebelumnya mentor dan peserta harus diundang, kini banyak yang secara aktif mengajukan diri. Salah satunya adalah brand Fukuku, yang melalui PINTU berhasil menembus pasar Paris. Karyanya bahkan dibeli untuk koleksi permanen oleh Musée des Arts Décoratifs dan Centre Pompidou. Tahun lalu, brand ini mencatat peningkatan pendapatan hampir dua kali lipat.

“Kami menyebutnya ‘PINTU effect’,” ujar Charlotte. “Identitas yang kuat dan konsistensi dalam berkarya membuat mereka mudah dikenali dan dihargai di pasar global.”

Dalam konferensi pers tersebut, diumumkan pula enam brand yang akan tampil di panggung JF3 Fashion Festival 2025: CLV, Dya Sejiwa, Lil Public, Nona Rona, Rizkya Batik, dan Denim It Up. Mereka akan berkolaborasi dengan tiga siswa École Duperré: Pierre Pinget, Bjorn Backes, dan Mathilde Reneaux dalam fashion show bertajuk “Echoes of the Future by PINTU Incubator featuring École Duperré” pada 27 Juli 2025 di Summarecon Mall Kelapa Gading.

Kepada para desainer muda, Thresia berpesan, “Yang paling penting adalah niat dan jati diri. Tidak semua orang langsung mengerti karya kita, mungkin butuh 10–20 tahun, tapi jika kita tetap teguh, dukungan akan datang pada waktunya. Kami tidak ingin kalian manja, tapi mandiri. Saat sukses, kalian akan sadar: PINTU hanya membantu, tapi daya juang kalianlah yang membuat perbedaan.”

PINTU tidak hanya mencetak desainer, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem mode global. Dengan pendekatan kurasi, edukasi, dan diplomasi budaya, PINTU menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi. Di sinilah masa depan fashion Indonesia dibentuk kolaboratif, berakar budaya, dan mendunia.

Related posts