Khadijah binti Khuwailid, perempuan inspiratif islam.
Profil Lengkap Khadijah binti Khuwailid
Nama Lengkap
Kelahiran
556 M, Mekkah, Arab Saudi
Meninggal
22 November 619 M, Mekkah, Arab Saudi
Pasangan
Muhammad (m. 595 M–619 M)
Tempat pemakaman
Jannatul Mualla, Mekkah, Arab Saudi
Anak
Fatimah az-Zahra, Zainab binti Muhammad, Ruqayyah binti Muhammad, lainnya
Cucu
Husain bin Ali, Hasan bin Ali, Zainab binti Ali, Muhsin bin Ali, Ummi Kultsum binti Ali, lainnya
Orang tua
Khuwailid bin Asad, Fatimah binti Za’idah
Khadījah binti Khuwailid lahir pada abad ke-6 M dari saudagar suku Quraisy, yang memerintah Mekah . Surat Abd al-Malik ibn Hisyam mencirikannya sebagai “tegas dan mulia” dan memiliki rasa hormat yang signifikan di dalam suku. Dia mewarisi kekayaannya tetapi terus melakukan perdagangan setelah kematian orang tuanya dan, menurut tradisi Sunni, dua suami pertamanya. Dia mempekerjakan Muhammad ketika dia berusia awal 20-an untuk mengelola karavan ke Suriah dan kemudian menawarinya pernikahan.
Menurut sebagian besar sumber, dia berusia sekitar 40 tahun dengan anak-anak dari pernikahan sebelumnya dan Muhammad berusia sekitar 25 tahun. Bahwa dia melahirkandia beberapa anak, bagaimanapun, menunjukkan bahwa dia mungkin lebih muda.
Khadījah binti Khuwailid dan Muhammad tidak memiliki anak laki-laki yang selamat dari masa kanak-kanak. Menurut interpretasi sumber Sunni, mereka memiliki empat anak perempuan: Umm Kulthūm, Ruqayyah, Zaynab, dan Fāṭimah. Fāṭimah—anak perempuan satu-satunya menurut tradisi Syii —sendiri menjadi tokoh penting dalam Islam, dan keturunannya ( lihat Ahl al-Bayt ), yang dikenal sebagai sharīf dan sayyid, telah memainkan peran sosial yang penting hingga hari ini.
Menurut sumber-sumber tradisional, Khadījah memberikan dukungan instrumental dalam kenabian awal Muhammad. Kekayaannya memberinya waktu luang untuk bermeditasi, dan dia meyakinkannya tentang keaslian wahyu pertamanya. Karena itu dia sering dianggap sebagai orang pertama yang percaya pada pesan Muhammad. Selain itu, dia berkonsultasi dengan kerabatnya Waraqah ibn Nawfal, yang dikatakan telah menyamakan wahyu Muhammad dengan wahyu Musa, lebih lanjut memberikan keyakinan Muhammad dalam wahyu-wahyunya.
Khadījah meninggal pada tahun 619, beberapa tahun sebelum Hijrah – emigrasi ke Madinah di mana komunitas Muslim mulai mengkristal menjadi kekuatan sosial politik yang jelas dalam dirinya sendiri. Muhammad tidak memiliki istri lain saat dia masih hidup dan tidak memiliki anak dari istri-istrinya yang belakangan.
Awal Masa Jihad di Jalan Allah
Khadijah meyakini seruan suaminya dan menganut agarna yang dibawanya sebelum diumumkan kepada rnasyarakat. Itulah langkah awal Khadijah dalam menyertai suaminya berjihad di jalan Allah dan turut menanggung pahit getirnya gangguan dalam menyebarkan agama Allah.
Beberapa waktu kemudian Jibril kembali mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. untuk membawa wahyu kedua dari Allah:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleb (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah” (QS. Al-Muddatstir:1-7)
Ayat di atas merupakan perintah bagi Rasulullah untuk mulai berdakwah kepada kalangan kerabat dekat dan ahlulbait beliau. Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan beriman pada risalah Rasulullah Muhammad dan menyatakan kesediaannya menjadi pembela setia Nabi. Kemudian menyusul Sahabat-sahabat Nabi lainnya.
Masa Berdakwah Terang-terangan
Setelah berdakwah secara sembunyi- sembunyi, turunlah perintah Allah kepada Rasulullah untuk memulai dakwah secara terang-terangan. Seruan beliau sangat aneh terdengar di telinga orang-orang Quraisy. Rasulullah Muhammad memanggil manusia untuk beribadah kepada Tuhan yang satu, bukan Laata, Uzza, Hubal, Manat, serta tuhan-tuhan lain yang mernenuhi pelataran Ka’bah. Tentu saja mereka menolak, mencaci maki, bahkan tidak segan-segan menyiksa Rasulullah. Setiap jalan yang beliau lalui ditaburi kotoran hewan dan duri.
Khadijah binti Khuwailid tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Khadijah binti Khuwailid adalah tempat berlindung bagi Rasulullah. Dari Khadijah, beliau memperoleh keteduhan hati dan keceriaan wajah istrinya yang senantiasa menambah semangat dan kesabaran untuk terus berjuang menyebarluaskan agama Allah ke seluruh penjuru. Khadijah pun tidak memperhitungkan harta bendanya yang habis digunakan dalam perjuangan ini.
Sementara itu, Abu Thalib, parnan Rasulullah, menjadi benteng pertahanan beliau dan menjaga beliau dari siksaan orang-orang Quraisy, sebab Abu Thalib adalah figur yang sangat disegani dan diperhitungkan oleh kaum Quraisy.