Christina Maria Rantetana sebagai salah satu tokoh Korps Wanita Angkatan Laut ( KOWAL) yang menginspirasi kaum perempuan Indonesia, simak profilnya berikut ini.
Womenpedia.id – Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) merupakan sebutan untuk prajurit wanita TNI Angkatan Laut. Mereka adalah bagian dari TNI Angkatan Laut Indonesia dan memiliki tugas yang sama dengan prajurit laki-laki yang berkiprah di militer Indonesia. Kebutuhan akan tenaga wanita dalam kedinasan Angkatan Laut semakin jelas, pembentukan Korps wanita dalam jajaran Angkatan Laut berkaitan dengan aspek egisensi, yakni bahwa ada beberapa bidang tertentu yang lebih sesuai dikerjakan oleh kaum wanita sesuai dengan kodratnya.
Ide pembentukan sebuah korps wanita Angkatan Laut dicetuskan oleh Komodor Yos Sudarso, direalisasikan oleh menteri/Panglima Angkatan Laut Laksamana RE Martadinata dengan dikeluarkannya surat keputusan Men/Pangal No:5401.24 TGL 26 Juni 1962 tentang pembentukan Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) surat keputusan tersebut ditindak lanjuti dengan perekrutan dan pendidikan para calon anggota Kowal yang menghasilkan 12 orang Perwira Kowal. Sejak saat itu yang menggabungkan diri dalam Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) semakin banyak hingga saati ini. Hal ini membukitkan bahwa wanita juga mampu membangun kemitrasejajaran dengan militer laki-laki.
Nah, kali ini kita akan membahas profil salah satu tokoh Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) yang bisa dijadikan inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia, ia adalah Christina Maria Rantetana. simak profilenya berikut ini:
Tokoh Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL)
Christina Maria Rantetana
Christina Maria Rantetana lahir di kota Makale di Kabupaten Tana Toraja pada tanggal 24 Juli 1955. Setelah menyelesaikan sekolah menengah di sebuah lembaga Katolik pada tahun 1974, ia memperoleh diploma dalam perawatan umum sebelum bergabung dengan militer Indonesia pada tahun 1979. Ia kemudian memperoleh gelar sarjana di bidang kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia dan gelar master dalam bidang yang sama dari Tulane University.
Motto hidup Christina sendiri adalah to do my best—lakukan yang terbaik, secara maksimal dan sesuai dengan kemampuannya. Dia mengaku tidak pernah mau kerja tanggung-tanggung—total footbal. Prinsip itulah yang dipegang kuat untuk memberi warna dan memberi kontribusi pada negara ini.
Di TNI Angkatan Laut, Rantetana menjadi wakil fraksi TNI/Polri di Dewan Perwakilan Rakyat selama dua periode, 1997-1999 dan 1999-2004. Pada periode terakhir, dia adalah sekretaris fraksi. Pada 1 November 2002, ia dipromosikan menjadi laksamana pertama (posisi pangkat bintang satu), menjadi wanita pertama yang mencapai pangkat itu di TNI Angkatan Laut.
Christina dipromosikan lebih lanjut menjadi laksamana muda pada Juni 2013, ketika ia ditugaskan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai staf ahli menteri bidang ideologi dan konstitusi. Bulan berikutnya, dia dipindahkan ke markas TNI, saat dia mendekati masa pensiunnya.
Christina Maria Rantetana bahkan menjadi kebanggaan karena berhasil mengharumkan nama TNI AL karena prestasinya sebagai Jenderal Perempuan Angkatan Laut Pertama se-ASEAN. Perempuan asal Toraja tersebut juga sempat menempuh pendidikan Sekolah Staff dan Komando (Sesko) di Royal Australian Naval Staff Course, Sydney Australia.
Kemudian Christina Maria Rantetana juga menjadi bagian anggota Korps Wanita AL (Kowal) pertama yang ditugaskan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Christina juga perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Sekolah Kesehatan di angkatan laut.
Untuk memperdalam pengetahuannya sebagai Kowal pertama, Christina memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Tulane Universitas New Orleans, Amerika Serikat. Setelah itu ia menjadi staf ahli Keamanan Bidang Ideologi dan Konstitusi, juga jenderal bintang dua perempuan pertama di Angkatan Laut se-Asean.
Namun, pada akhirnya wanita tangguh satu ini akhirnya harus kalah dengan penyakit yang dideritanya sejak lama. Ia diketahui harus menjalani serangkaian protokol kesehatan yang berlangsung di RS AL Mintoharjo, Jakarta. Dia sebenarnya menjalani pemulihan setelah beberapa kali dikemo di rumah sakit yang sama, karena kanker. Namun takdir berkata lain, Christina Maria Rentetana wafat pada 31 Juli 2016 sebelum menjalani protokol kesehatan.
Semasa hidupnya Christina Maria Rantetana selalu bekerja keras dan terus bekerja cerdas. Menjadi seorang ibu, sekaligus seorang Laksamana dengan tugas menumpuk tentu tidaklah mudah. Ditanya soal dominasi laki-laki yang begitu kuat di dalam kepemimpinan, menurut Christina itu sangat menarik dan sebagai perempuan kita menjadi bersyukur karena semua pekerjaan itu bisa dilakukan kaum perempuan.