Womenpedia.id – Pendiri kongregasi Missionaris of Charity sungguh mengabdikan diri kepada kaum papa dan orang-orang yang terkena HIV/AID dan TBC. Meski kebaikannya itu masih mendapat cibiran karena dia menolak aborsi dan persinggahan untuk merawat orang sakit dianggap tak layak, dia tetap melayani sesama. Kepeduliannya ini menobatkan dia menjadi peraih Nobel Perdamaian pada 17 Oktober 1979.
Kehidupan Bunda Teresa
Teresa dilahirkan di Skopje, Albania pada 27 Agustus 1910. Ia merupakan anak terakhir dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu, yang memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ia dibaptis dengan nama Agnes Gonxha dan menerima sakramen pertamanya pada November 1916.
Sejak remaja, Gonxha panggilan kecilnya, aktif dalam kegiatan gereja. Dalam bimbingan pastor Jesuit, Gonxha tertarik menjadi misionaris dan akhirnya ia memilih menjadi biarawati pada usia 17 tahun.
Kemudian, pada 28 November 1928, Gonxha bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India. Ia memilih nama dirinya Teresa dari Santa Theresa Lisieux.
Ia pernah mengajar geografi dan katekisasi di St. Mary’s High School di Kolkota dan menjabat sebagai kepala sekolah St. Mary pada tahun 1944. Namun, ia mengundurkan diri akibat TBC yang dideritanya dan kembali ke Darjeeling.
Dalam perjalanan pulang, suster Teresa merasakan panggilan lain. Sejak 10 September 1946. Ia melihat Tuhan menyatakan dirinya melalui kaum miskin yang ditolak, tapi Dia tetap mengasihi umatNya.
Suster Teresa akhirnya meninggalkan ordonya dan meminta izin ke pihak Vatikan untuk melayani di bawah Keuskupan Kalkuta. Tepat pada 17 Agustus 1948, ia mengenakan baju serba putih dihiasi kain sari biru. Ia memulai pelayanan pada 21 Desember 1948. Dimulai dengan mengajarkan pengenalan hidup sehat, membaca, menulis untuk anak-anak miskin. Untuk mereka yang sakit, dibawanya ke rumah dan dirawat.
Melayani Sesama
Pelayanan yang dilakukan Bunda Teresa menginspirasi muridnya di St. Mary dan ia mengikuti gurunya pada 19 Maret 1949. Ia membaktikan diri kepada siapa saja yang sekarang. Lalu, Bunda Teresa dan rekannya menyewa ruangan untuk merawat mereka yang sekarat.
Tepat pada 7 Oktober 1950, Bunda Teresa mendirikan Misionaris Cinta Kasih di Kalkuta. Mereka tidak pernah menerima balasan atas pelayanan yang mereka lakukan. Kemudian, pada awal tahun 1960-an, Bunda Teresa mengirimkan suster-susternya ke pelbagai daerah lain di India. Lima Tahun berikutnya, tahun 1965, Misionaris Cinta Kasih menggepakkan sayap ke Venezuela, kemudian membuka rumah-rumah singgah bagi kaum miskin di Ceylon, Tanxania, Roma, dan Australia.
Sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Pertama, Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Misionaris Cinta Kasih yang kemudian disetujui Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969 dan memiliki anggaran tersendiri.
Tercatat Misionaris Cinta Kasih telah melayani ribuan umat dan memiliki 450 pusat pelayanan di seluruh dunia untuk melayani kaum miskin.
Pengabdiannya bertahun-tahun lamanya di India rupanya menarik perhatian pemerintah India dan Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize pada tahun 1972. Kemudian tahun 1973, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Lalu, pada tahun 1979, ia juga memperoleh John XXIII International Prize for Peace dari Paus Paulus VI. Bunda Teresa juga mendapatkan penghargaan Good Samaritan di Boston. Puncaknya, ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1979 dan hadiah sebesar USD6000. Uang hadiah ini disumbangkan untuk masyarakat miskin di Kolkota.
Bunda Teresa kemudian mendirikan pusat rehabilitas pertama bagi korban AIDS di New York pada tahun 1985. Lalu, ia mendirikan rumah penampungan di San Fransisco dan Atlanta. Ia pun memperoleh Medal of Freedom.
Bunda Teresa juga melayani Etiopia untu membantu korban kelaparan, korban radiasi Chernobyl, dan gempa bumi di Armenia.
Tubuh Melemah Namun Tetap Melayani
Setelah terkena serangan jantung pada tahun 199, kondisi Bunda Teresa kian melemah. Ia akhirnya meminta Suster Nirmal terpilih meneruskan pelayanannya.
Pada 5 September 1997 saat berusia 87 tahun, Bunda Teresa meninggal dunia. Upacara pemakamannya dilaksanakan di Stadion Netaji, India pada 13 September 2021 dan dihadiri oleh para petinggi yang jumlahnya lebih dari 23 negara dan orang-orang yang selama ini merasakan kasih Bunda Teresa.
Dinobatkan sebagai Orang Suci
Pada Desember 2015, Paus Fransiskus mengumumkan Bunda Teresa menjadi orang suci karena terdapat mujizat kedua atas doa melalui perantara Bunda Teresa, yaitu Pria Brasil yang sembuh dari tumor otak.
Tepat pada 15 Maret 2016, Bunda Teresa menjadi orang suci atau dikenal sebagai sebutan Santa karena bertepatan dengan malam sebelum peringatan kematiannya pada 5 September 1997.