Lagi Hype, Apa Sih Metaverse?

Gambaran Metaverse (Foto: Time Magazine)_Womanspedia
Gambaran Metaverse (Foto: Time Magazine)_Womanspedia

Dunia digital semakin memanjakan penggunaanya dengan mewujudkan apa yang ada internet untuk merasakan secara langsung melalui metaverse.

Womenpedia.id – Istilah metaverse mulai banyak diperkenalkan kepada khalayak, terutama bagi para pengguna Facebook, yang dikenal sebagai media sosial terbesar banyak digunakan di dunia.

Berdasarkan laporan Insider Intelligence, Facebook diperkirakan bakal memimpin di posisi pertama dengan total pengguna aktif bulanan sebesar 2,1 miliar pada tahun 2022. Tercatat bahwa jumlah pengguna aktif Facebook mengalami pertumbuhan sebesar 6 persen dari tahun ke tahun.

Facebook kini mulai membranding dirinya dengan sesuatu yang berkaitan dengan futuristik. Terbukti, Mark Zuckerberg sebagai CEO Facebook sejak tahun lalu, tepatnya, 28 Oktober 2021, mengubah nama perusahaannya menjadi Meta Platforms Inc., atau disingkat Meta.

Read More

Sesungguhnya, memahami metaverse ini tidak mudah meski istilah ini bukan hal yang baru.

Metaverse Merujuk 3D

Istilah metaverse telah diperkenalkan oleh Neal Stephenson dalam novelnya berjudul “Snow Crash” yang terbit pada tahun 1992.

Konsep yang mirip dengan Meta semesta juga muncul dengan berbagai nama dalam genre fiksi cyberpunk sejak 1981 dalam novel True Names karya Vernor Vinge.

Singkatnya, Zuckerberg mendefinisikan metaverse sebagai lingkungan virtual yang didiami avatar sebenarnya dalam bentuk 3D hanya melihat layar. Uniknya, setiap orang terhubung, entah itu mereka sedang bekerja, bermain dengan headset realitas virtual, aplikasi smartphone, kacamata augmented reality atau perangkat lainnya melalui ruang virtual dapat menjelajah pengguna internet lainnya tanpa berada di ruangan fisik yang sama.

Gambaran metaverse yang diterapkan oleh Mark Zuckerberg (Foto: Business Insider)_Womanspedia
Gambaran metaverse yang diterapkan oleh Mark Zuckerberg (Foto: Business Insider)_Womanspedia

 

Atau dalam bahasa lainnnya, Metaverse didefinisikan dengan realitas digital yang menggabungkan aspek media sosial, game online, augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan cryptocurrency untuk memungkinkan pengguna berinteraksi secara virtual.

Teknologi Augmented reality melapisi elemen visual, suara, dan input sensorik lainnya ke pengaturan dunia nyata untuk meningkatkan pengalaman pengguna. Alih-alih hanya melihat konten digital, pengguna di metaverse akan dapat membenamkan diri dalam ruang di mana dunia digital dan fisik bertemu.

Mempermudah Aktivitas

Saat pandemi belum mereda juga, hadirnya metaverse ini memungkinkan Womans pergi ke mana saja tanpa ribet, contohnya ke konser virtual, melihat karya seni, bahkan mencoba fesyen digital.

Adanya metaverse ini juga membuat Womans yang bekerja dari rumah di tengah pandemi ini tidak sekadar menggunakan aplikasi video conference, namun dapat berada di kantor virtual.

Menariknya, Facebook telah meluncurkan software meeting bernama Horizon Workrooms dan dapat menggunakan headset Oculus VR.

Banyak Perusahaan Kembangkan Metaverse

Ternyata, metaverse tidak hanya dikembangkan oleh Facebook saja, tapi juga perusahaan teknologi besar seperti Microsoft dan pembuat chip Nvidia.  Sebab, pengguna website dapat berteleportasi dari halaman web satu dengan web lainnya.

Bahkan, perusahaan gim seperti Fortnite hingga Roblox pun mulai berinvestasi demi membangun metaverse, di mana banyak orang berkumpul untuk bermain, berkerja, belajar, bersosialisasi, dan berkreasi melalui pengalaman 3D.

Pengaplikaan metaverse (Foto: New York Post)_Womanspedia
Pengaplikaan metaverse (Foto: New York Post)_Womanspedia

 

Selain itu, rumah mode seperti Gucci telah berkolaborasi dengan Roblox untuk mengoleksi aksesoris khuius digital. Ada pula Coca-Cola dan Clinique juga turut menjual token digital sebagai batu loncatan menuju metaverse.

Dapat dikatakan bahwa metaverse bukan milik Facebook semata, tapi juga perusahaan lainnya. Sama halnya dengan internet, yang tidak didominasi oleh Facebook.

Para pendukung metaverse memandang konsep tersebut sebagai tahap selanjutnya dalam pengembangan Internet. Facebook, misalnya, telah banyak berinvestasi di AR dan VR, mengembangkan perangkat keras seperti headset Oculus VR, sementara kacamata AR dan teknologi gelang sedang dalam pengerjaan.

Siapkah Kita Memasuki Dunia Virtual?

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, di dunia metaverse, manusia di dunia maya dapat menampilkan hidupnya sangat berbeda dari dunia nyata. Karena mereka dapat melakukan teleportasi di mana saja dan kapan saja, tanpa berada di ruang sesungguhnya.

Di satu sisi memang begitu indahnya teknologi metaverse ini, namun yang dikhawatirkan oleh sebagian pakar adalah eksistensi manusia bumi, di mana peradaban dan budaya manusia bumi akan berubah.

Tentu saja, yang akan menikmati teknologi metaverse berasal dari kalangan berduit. Kemudian, penyalahgunaan identitas dapat disalahgunakan untuk hal-hal negatif.

Yang menjadi highlight dari hadirnya metaverse, yakni semaju apapun teknologi, yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya selain berpikir adalah nurani. Apakah nurani seperti nilai agama, cinta kasih, kemanusiaan dan berpikir kritis dapat memilah teknologi mana yang selaras atau tidak dengan dunia nyata yang dialami manusia saat ini.

 

Related posts