Womenpedia.id – Sudah lebih dari satu tahun COVID-19 melanda dunia. Bahkan status COVID-19 hingga kini belum berubah dari pandemi ke endemi, meski mulai dapat dikendalikan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai. Tapi kami punya banyak alasan untuk optimis. Penurunan kasus dan kematian selama dua bulan pertama tahun ini menunjukkan bahwa virus ini dan variannya bisa dihentikan.
Terjadi Lebih dari 4 Minggu
Diakui WHO bahwa kasus infeksi COVID-19 ini akan pulih dan kembali sehat jangka waktu beberapa minggu. Tapi, terdapat beberapa kasus dapat menunjukkan gejala yang berlangsung lebih lama atau bahkan berbulan-bulan setelah dinyatakan negatif, dan kondisi ini disebut sebagai Long COVID-19.
Sebanyak 5-20% pasien COVID-19 mengalami Long COVID-19 lebih dari 4 minggu, diperkirakan 1 tiap 10 pasien COVID-19 dapat mengalaminya hingga lebih dari 12 minggu.
Walaupun penderita tidak menularkan virus pada tahap ini, beberapa pasien mengalami komplikasi medis yang mungkin mengakibatkan efek kesehatan yang berkepanjangan.
Gejala Long COVID-19
“Long COVID-19 adalah apabila setelah empat pekan sejak mulai merasakan gejala COVID-19 sampai dinyatakan negatif, masih timbul gejala sisa. Gejala ini dapat berupa sesak napas, nyeri sendi, nyeri otot, batuk, diare, kehilangan penciuman, dan pengecapan. Meskipun gejala Long COVID-19 ini bisa diatasi secara medis, pasien COVID-19 perlu tetap selalu waspada,” jelas dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD dari Good Doctor.
Oleh karena itu, pasien harus menjaga pola kegiatan mereka agar tidak kelelahan dan tetap melakukan fisik dengan teratur agar otot-otot tetap bekerja.
Pengaruhi Psikis Penderita
Tidak bisa dipungkiri bahwa Long COVID-19 ini juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis penderitanya, terutama karena mereka merasa frustasi tidak dapat kembali ke keadaan sehat seperti semula dalam waktu yang singkat.
Beberapa penderita mungkin saja mengalami kesulitan dalam melakukan hal-hal yang dulu sangat mudah mereka lakukan, seperti naik tangga, berjalan jauh, atau berolahraga.
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Lancet pada April 2021 menemukan bahwa sepertiga pasien COVID-19 telah didiagnosis dengan gejala neurologis atau psikologis, termasuk kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), dan psikosis, dalam 6 bulan setelah mereka tertular COVID-19.
Berikan Support
Menurut Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog Klinis, CEO & Founder Personal Growth, Kesehatan mental perlu diperhatikan apabila seseorang mengalami Long COVID-19, apalagi karena mereka akan merasakan frustasi karena gejala penyakit masih dirasakan walaupun mereka sudah dinyatakan sembuh.
“Dalam perjalanan untuk sembuh dari Long COVID-19, para pasien harus mengerti bahwa ini merupakan sebuah proses. Akan ada hari-hari dimana gejala terasa lebih berat dibandingkan hari lainnya. Dalam kondisi seperti ini, support system dari keluarga dan teman dapat membantu. Selain itu, dengan menciptakan rutinitas yang baik dan tetap aktif, dapat memicu endorfin dan juga meningkatkan mood,” ujarnya.