Ainun Habibie, Pejuang Bagi Penyandang Tuna Netra

Ainun Habibie, Pejuang Bagi Penyandang Tuna Netra
BJ HABIBIE dan Ibu Hasri Ainun Habibie

Womenpedia.id – Pemilik nama lengkap Hasri Ainun Besari atau populer dipanggil Hasri Ainun Habibie lahir pada 11 Agustus 1937 di Semarang, Jawa Tengah. Ainun, panggilan akrabnya, merupakan istri dari Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

Dirikan RS Mata

Ainun merupakan alumnus kedokteran Universitas Indonesia tahun 1961. Ia sempat bekerja di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Salemba, Jakarta Pusat.

Dalam catatan dunia kesehatan, Ainun memperjuangkan pengakuan donor mata bagi para tunanetra.

Ia pernah menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) Pusat pada tahun 2010.

Dalam sejarah kesehatan di Indonesia, Bank Mata sudah berdiri sejak tahun 1968. Namun, kehadirnnya sebatas mencegah kebutaan dan mengusahakan pemulihan penglihatan tunanetra akibat kerusakan kornea mata.

Ainun juga mendirikan Klinik Mata dr. Hasri Ainun Habibie pada 21 Februari 2010 yang terletak di Gedung P4K, Jalan Semeru, Kota Bogor. Klinik ini merupakan salah satu tempat beroperasinya Bank Mata Indonesia. Misi utama klinik adalah menuntaskan katarak di Indonesia.

Namun, kehadiran bank mata yang dirikan Ainun justru menuai kontroversi. Mendonorkan anggota tubuh masih dianggap tahu bahkan terlarang. Namun, tekadnya luar biasa, Ainun mendekati MUI agar mengeluarkan fatwa mengizinkan donor mata tapi juga menganjurkan donor mata. Dan dia berhasil!

Ketua Umum Bank Mata Indonesia Tjahjono D. Gondhowiardjo menyebutkan, Ainun terdaftar sebagai salah satu pendonor di Bank Mata Indonesia. Namun, karena beliau terkendala akibat kanker, maka dia tidak bisa menjadi pendonor.

Kiprah Ainun di dunia kesehatan, Pemerintah Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 beriniasi membangun dan meresmikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Gorontalo dr. Hasri Ainun Habibie di Limboto, Kabupaten Gorontalo. Rumah sakit yang beroperasi tahun 2014 ini khusus melayani operasi katarak. Kini, RSUD Ainun telah berubah statusnya menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Masih sebagai bentuk apresiasi terhadap Ainun, terdapat juga Rumah Sakit Regional (RSR) Hasri Ainun Habibie yang berada di Tonrangen, Kelurahan Lumpue, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Sulawesi Selatan.  Rumah sakiy in iberoperasi pada 26 Februari 2020 dan diresmikan pada 14 Maret 2020 oleh Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah bersama Wali Kota Parepare Taufan Pawe dan dihadiri putra Habibie, Ilham Habibie.

Inspirasi Kisah Cinta Abadi

Perjodohan sengaja masa SMA ternyata berujung pernikahan. Setelah lulus SMA, Habibie melanjutkan pendidikan ke ITB bandung, tapi belum selesai karena Habibie mendapatkan beasiswa pemerintah Indonesia dan masuk ke Universitas Technische Hochscheule di kota Achen, Jerman. Pada tahun 1960, Habibie tidak pulang ke Indonesia dan ia sangat home sick, serta kembali ke Indonesia.

Saat itulah, Habibie berziarah ke makam Ayahnya di Ujung Pandang. Ketika kembali ke rumah di Bandung, ia berkunjung ke tetangga lamanya, keluarga Ainun. Di saat bersamaan, Ainun sedang cuti bekerja di RSCM. Pertemuan itulah menjadi cikal bakal cinta bersemi.

Ainun Habibie, Pejuang Bagi Penyandang Tuna Netra

Siapa sangka pertemuan itu mengantarkan Habibie dan Ainun menjadi sepasang suami istri. Mereka menikah pada 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung dengan adat Jawa. Kemudian, resepsi keesokan harinya dengan budaya Gorontalo karena BJ Habibie berasal dari Kabila, kecamatan Provinsi Gorontalo.

Mereka dikarunia dua putra, yakni Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie dan kini telah memiliki 6 cucu.

Ketika itu, Ainun sudah bekerja di RSCM. Namun, karena Habibie melanjutkan doktoral, maka Ainun pun ikut ke Jerman. Sejak saat itu, dia memilih menjadi ibu rumah tangga. Karena saat itu pendapatan Habibie sangat kecil karena berasal dari beasiswa Habibie, Ainun hidup hemat. Ia menjahit sendiri keperluan bayi. Ainun juga mengajarkan kedua putranya, Ilham dan Thareq hidup sederhana. Ainun membiasakan anak-anaknya mengemukakakn pendapat. Hasil didikan itu menjadikan Ilham Akbar Habibie menjadi lulusan terbaik Phd ilmu aeronautika di Muenchen. Sementara, Thareq Kemal Habibie memperoleh gelar Diploma Inggeneur di Braunsweig, Jerman.

Pendamping Presiden ke-3 Indonesia

B.J. Habibie terpilih menjadi presiden RI ke-3 akibat desakan masyarakat pada awal reformasi untuk menggantikan presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.

Ainun Habibie, Pejuang Bagi Penyandang Tuna Netra

Selama 517 hari menjabat sebagai Presiden RI, Habibie hanya fokus mengatasi permasalahan bangsa dan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat. Pada masa awal pemerintahnya, Habibie membebaskan tahanan politik, membuka kebebasan pers, memberikan otonomi ke daerah-daerah. Selain itu, ia menetaskan hingga 113 undang-undang per hari, seperti penyelenggaraan pemilu pada tahun 1999.

Ia sempat membaca pertanggungjawabannya sebagai presiden, namun belum sempat dibacakan, DPR/MPR menolaknya. Dalam hati kecilnya,”Menjadi presiden bukan segalanya”. Namun, dia tetap berjuang bahwa kekuasan ada di tangan rakyat.

Selama itulah, Ainun menjadi sosok yang menginspirasi dan mendampingi Habibie dengan penuh kasih.

Berpulang

Ainun rupanya menderita kanker ovarium dan  pada 24 Maret 2010, Hasri Ainun Habibie masuk ke rumah sakit Ludwig-Maximilians-Universität, Klinikum Grosshadern, München, Jerman dan telah menjalani sembilan kali operasi. Empat dari sembilan operasi tersebut merupakan operasi utama, sedangkan sisanya merupakan eksplorasi.

Pada tanggal 22 Mei 2010 pukul 17.35 waktu München, Jerman, Ainun meninggal dunia setelah melewati masa kritis sekitar 1 hari di mana hidupnya ditopang oleh alat.

Jenazah Hasri Ainun Habibie diberangkatkan tanggal 24 Mei 2010 dari Jerman dan tiba di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2010 kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata hari itu juga.

Saat ini Ainun Habibie tak lagi sendiri di tempat peristahatan terakhir. B.J Habibie, sang suami tercinta berada disampingnya.

B.J Habibie wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu 11 September 2019. Habibie dikebumikan keesokan harinya tepat di samping Ibu Ainun di Taman Makan Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Diangkat ke Layar Lebar

Kisah pasangan Habibie – Ainun ini ternyata menginspirasi MD Pictures untuk menuangkannya ke dalam film biopik. Ya! Film Habibie & Ainun ini dibuat trilogi, yakni “Habibie & Ainun”, Habibie & Ainun 2” dan “Habibie & Ainun 3”. Diharapkan kisah cinta dan perjuangan hidup mereka menginspirasi generasi muda Indonesia.

 

Related posts