5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Tokoh jurnalis perempuan bersejarah berikut ini.

Womenpedia.idJurnalis merupakan orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita di media massa cetak atau elektronik. Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi-posisi kewartawanan. Misalnya, “redaktur” menjadi “editor.”

Setiap profesi pasti memiliki keunggulan dan kelemahan. Begitu pula profesi jurnalis. Tidak semua orang bisa dengan mudah menjadi seorang jurnalis. Hanya orang-orang yang memang sudah memiliki kemampuan khusus di bidang ini yang dapat menjadi seorang jurnalis tangguh. Nah, untuk itu kali ini kita akan membahas mengenai beberapa tokoh jurnalis perempuan bersejarah berikut ini:

Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah

1. Maria Ilnicka

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Maria Ilnicka adalah seorang penyair, novelis, penerjemah, dan juga tokoh jurnalis perempuan asal Polandia. Ia dikenal karena partisipasinya dalam pemberontakan melawan Kekaisaran Rusia yang menduduki negaranya pada awal 1860an.

Read More

Maria Ilnicka bertindak sebagai juru arsip Polish National Government selama Pemberontakan Januari yang dilakukan Polandia pada tahun 1863. Dua tahun kemudian, ia menjadi pemimpin redaksi jurnal mingguan untuk perempuan bernama Bluszczu.

Ia dikenal sebagai sosok yang mendukung pendidikan untuk seluruh rakyat. Setelah dirinya, jurnalis-jurnalis perempuan lain bermunculan dan meneruskan perjuangannya tersebut hingga saat ini.

2. Nellie Bly

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Nellie Bly adalah seorang jurnalis investigasi berkebangsaan Amerika Serikat. Oleh editornya, Bly ditugaskan untuk meliput kondisi rumah sakit jiwa Blackwell pada tahun 1887.

Rumah sakit jiwa itu diduga melakukan praktik kekejaman terhadap para pasien. Setelah berkomitmen dan siap untuk ditugaskan, Bly harus menghabiskan waktunya selama 10 hari dan tinggal bersama pasien lainnya. Untuk bisa masuk ke rumah sakit jiwa, Bly harus menyamar menjadi pasien gila. Ia berpura-pura seolah kehilangan akal dan berprilaku persis seperti orang gila.

Setelah berhasil masuk, Bly kaget bukan main ketika melihat banyak pasien gangguan jiwa yang dipukul, dicekik dan disiksa oleh perawat rumah sakit. Bahkan salah satu perawat memaksa seorang pasien untuk duduk di bangku keras, menatap lurus ke depan, tak diperbolehkan berbicara, bergerak ataupun tidur.

Hal itu segera ditulis oleh Bly dalam sebuah kertas. Ketika laporannya keluar, rumah sakit jiwa Blackwell mengalami masa-masa sulit atas segala penyalahgunaannya. Mereka menyepak keluar pasien yang sudah dijadikan Bly sebagai narasumber. Berkat laporan dari Bly, pemerintah Amerika Serikat merombak segala bentuk sistem penanganan terhadap pasien penderita gangguan jiwa.

3. Munira Thabit

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Munira Thabit adalah perempuan asal Mesir dan merupakan salah satu jurnalis perempuan yang merintis perjuangan meraih kesetaraan gender. Thabit mengawali kariernya sebagai pengacara di Mesir dan menjadi perempuan pertama di ranah tersebut. Namun, karena banyaknya halangan terhadap partisipasi perempuan di ranah pengadilan Mesir, ia berpindah haluan ke jurnalisme.

Thabit selalu mengutarakan bahwa perempuan berhak untuk memperoleh kesetaraan di ruang kerja, pendidikan, bahkan lingkup keluarga. Ia menerbitkan surat kabar mingguan bernama al-Amal pada tahun 1926 dengan slogan “Surat Kabar yang Melindungi Hak Politik Perempuan”. Meskipun ia mendapat perlawanan dari para tokoh agama dan aparat pemerintah, Thabit tidak berhenti dan terus menulis beragam artikel mengenai hak-hak perempuan.

Di tingkat internasional, Munira Thabit telah dipandang sebagai jurnalis terbaik Mesir pada masanya. Ia menjadi perwakilan Mesir di konferensi jurnalisme internasional di Jerman, partisipan di Egyptian Feminist Union (EFU), dan turut mendirikan Perserikatan Jurnalis Mesir.

Memoarnya yang berjudul A Revolution in the Ivory Tower: My Memories of Twenty Years of Struggle for Women’s Political Rights berisi komentar-komentar politik yang telah ia tulis di sepanjang kariernya.

4. Ida Tarbell

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Ida Tarbell adalah seorang putri pengusaha minyak. Kala itu usianya masih 14 tahun dan melihatt John D Rockefeller menghancurkan bisnis keluarganya setelah sang ayah menolak menjual perusahaannya kepada perusahaan minyak Rockfeller.

Setelah 30 tahun kemudian, Tarbell menulis sebuah berita 19-part hit job on Rockefelle untuk majalah McClure. Di dalam tulisannya, Tarbell mencantumkan beberapa bukti bahwa Rockefeller’s Standard Oil menjalankan monopoli minyak bak kelompok mafia.

Melalui wawancara panjang, ratusan jam membaca catatan dan belajar lebih banyak tentang bisnis minyak, Tarbell mengungkap tindakan spionase (praktik pengintaian) yang menakjubkan.

Ada indikasi kolusi dan melanggar undang-undang monopoli. Ia juga menunjukkan bukti bahwa Rockefeller terlibat dalam upaya menghancurkan perusahaan minyak kecil dan menciptakan monopoli. Dengan kata lain, hanya Rockefeller lah yang hanya boleh menjual minyak di masyarakat.

Akibat perbuatannya itu, perusahaan Rockefeller harus mendapat hukuman berkat tulisan Tarbell.

5. Roehana Koeddoes

5 Tokoh Jurnalis Perempuan Bersejarah
Istimewa

Roehana Koeddoes Lahir di Sumatra Barat pada tanggal 20 Desember 1884, Roehana Koeddoes merupakan figur seorang pejuang intelektual yang dipanggil sebagai tokoh jurnalis perempuan Pertama Indonesia dan pelopor Pers Indonesia.

Hidup di era yang sama dengan R.A Kartini di mana pada waktu itu kaum perempuan masih tidak bisa mendapatkan pendidikan formal, Roehana beruntung karena punya sosok ayah yang mau mengajarinya banyak hal dari ia kecil, terutama dalam soal membaca, menulis, dan berbahasa.

Sejak ia kecil sudah banyak membaca buku-buku, Roehana tumbuh dewasa dengan pemikiran yang semakin hari semakin tajam, apalagi mengenai politik dan sadar pada isu-isu emansipasi, satu hal yang mendapat tentangan keras tidak cuma dari pemerintah Belanda, tapi juga kaidah agama serta budaya setempat.

Merasa tidak puas cuma berhasil membuat sekolah keterampilan buat perempuan Indonesia, Roehana pun membuat surat kabar bernama Sunting Melayu pada tanggal 10 Juli 1912, yang faktanya ternyata surat kabar yang ia bangun merupakan surat kabar pertama di Indonesia yang dipimpin, dijalankan, dan ditujukan untuk kaum perempuan.

Dengan isu nasionalisme dan emansipasi perempuan dalam soal pendidikan, Roehana mengemban tugas sebagai pemimpin redaksi yang ikut dibantu oleh sosok Zubaidah Ratna Djuwita. Tak cuma jadi tempat untuk berpendapat para perempuan di Sumatra Barat, Sunting Melayu yang terbit seminggu sekali dan bertahan terbit sampai 9 tahun juga menerima tulisan dari wilayah-wilayah lain di Indonesia.

Selain Sunting Melayu, Roehana juga pernah menjadi pemimpin surat kabar Perempuan Bergerak di Medan serta surat kabar Radio dan Cahaya Sumatera di Padang. Karena jasanya yang besar dalam dunia jurnalistik, edukasi, dan politik, Roehana yang wafat pada tanggal 17 Agustus 1972 di Jakarta pun dianugerahi Bintang Jasa Utama oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2007 yang lalu.

Related posts